Kamis, 23 Desember 2010

Batal Minum-minum, Spontan, Rustam Sarachev Malah Kunjungi Masjid

Kisah Generasi Muda Muslim di Rusia
washington post
Batal Minum-minum, Spontan, Rustam Sarachev Malah Kunjungi Masjid
Rustam Sarachev, 21 tahun, tengah beribadah di masjid agung di Volga, Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, ALMETYEVSK, RUSSIA--Pada saat menginjakkan kaki pertama kali di masjid agung di kota itu, Rustam Sarachev seharusnya bersenang-senang. Ia ingin menghadiri hingar-bingar pesta di sebuah klub malam, namun alih-alih ia malah mengirimkan dirinya ke jalan menuju Islam.

Awalnya seorang teman mengolok-olok karena ia berpikir tentang mengunjungi masjid. Marah, Rustam pun meninggalkan teman-temannya dan mereka berangkat minum-minum tanpa dirinya.

Begitu menyesali pikirannya yang 'jernih', dengan 500 rubel--yang seharusnya digunakan untuk membeli vodka--masih utuh di dompet, ia melangkah menuju sebuah masjid berwarna jingga salmon. Warna itu mendominasi satu sudut timur di sebuah kota minyak kecil, Volga. Saat itu akhir September 2006, awal bulan Ramadan.
Dibangun pada 1990-an dengan dukungan dana Arab Saudi, masjid itu menghadirkan pernyataan kuat di lingkungan setempat. Di dalam Sarachev menjumpai interior dengan aksen pahatan kayu memesona, paduan karpet warna merah dan hijau terlihat  kontras saat disandingkan dengan ubin biru bermotif mosaik.

Pada hari libur para jamaah tetap membuka layanan. Selama ibadah sore, ashar menjelang maghrib, dengan arah bangunan menuju barat daya, Mekah, sebuah jendela di sisi kanan memasukan sekilas pemandangan langit megah berwarna merah muda, seperti dunia lain. Bahkan terlihat sorotan sinar menerpa lima kubah emas gereja Ortodok di seberang jalan.

"Saya sungguh terkejut," kenang Sarachev. "Saya tidak bisa memahami di mana saya berada. Saat itu didalam hanya ada orang-orang muda. Mereka memperlakukan saya begitu baik. Saya tidak pernah sebelumnya disambut seperti itu," tutur Sarachev.

Dalam aula masjid ia melihat wajah yang akrab. Seorang teman, Almas Tikhonov, yang selama ini dikenal tukang pesta berkepribadian kasar. Ia di sana, sedang berdoa. Ia terkesan dengan cara Almas melihat, ada ketenangan menarik dalam dirinya.

Hari-hari berikut, gambaran-gambaran itu terus berkutat  dan tak bisa lepas di pikiran Sarachev. Ia pun memutuskan kembali ke masjid, lagi, lagi dan lagi. Ia harus menanggung cibiran teman-teman lamanya--dan ia akui itu berat--namun sekaligus, yang membuat tekadnya kian kuat.

Lama-kelamaan ia mulai melihat kawan-kawannya dengan cara pandang baru dan cahaya baru. Itu membuat ia mudah meninggalkan minum-minuman, pesta dan nongkrong di sudut-sudut jalan, atau mengendap-endap di sebuah desa di mana mereka dapat berpesta semalaman penuh, jauh dari pantauan orang tua.
Ketika ia menoleh kembali ke belakang, ia sendiri tak yakin apa yang membuat ia mendatangi masjid dan apa yang ia harapkan dari kunjungan itu. Berusia 17 tahun, kala itu ia merasa kehilangan diri. Sarachev melabeli dirinya holigan, pembuat onar dengn kepribadian yang dikeraskan oleh kehidupan. Namun, ia juga mengingat sangat rapuh dengan hinaan dan merasa sakit ketika menemui dirinya sebagai pemuda tanpa masa depan.

Mata Sarachev terbuka. Ia akhirnya menyadari bahwa dunia penuh dengan kejahatan. Tugas seorang Muslim yang baik adalah mengatasi dan mengalahkan semua kejahatan itu. Dan sesuatu di sana, ia tahu, meski ia mengaku masih memproses dalam pikirannya, terletak pengertian Jihad. "Itu adalah perjuangan terhadap mereka yang tidak meyakini," ujarnya "Itu bukan sekedar ujian. Jihad adalah perang."
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/12/22/153860-batal-minumminum-spontan-rustam-sarachev-malah-kunjungi-masjid

Red: Ajeng Ritzki PitakasariSumber: The Washington Post
Continue Reading »

Rabu, 01 Desember 2010

Akibat Galian Israel, Dasar Masjid Al Aqsa Mulai Runtuh

jpnews-sy.com
Duh, Dasar Masjid Al Aqsa Mulai Runtuh
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,  JERUSAELEM--Yayasan Aqsha untuk Wakaf dan Warisan melaporkan dua hari yang lalu dasar Masjid Aqsa mulai runtuh.  untuhnya pondasi itu disebabkan karena penggalian di bawah masjid pada kedalaman yang tak diketahui yang dilakukan pihak Israel.

Dalam sebuah pernyataan mereka menyerukan penyelidikan insiden berulang runtuhnya pondasi di sekitar Masjidil Aqsha dan penyebab keretakan yang telah muncul dalam struktur masjid dan sekitarnya. "Semua bukti menunjukkan adanya lubang digali oleh pendudukan Israel di bawah dan di sekitar Masjidil Aqsa."

Yayasan ini mendokumentasikan insiden melalui foto dan video pada hari Sabtu, tetapi ditunda penerbitan untuk melakukan pengujian lebih lanjut dan memastikan data.

Sebuah tim mengunjungi masjid pada Sabtu untuk memeriksa kondisi tanah di sekitar situs pohon tua yang gugur minggu lalu.  Namun temuan mereka sungguh di luar dugaan, yaitu adanya rongga pada jarak enam meter dari pohon yang hanya ditutupi dengan ranting-ranting pohon dan koran bekas. Di bawahnya adalah batu beton yang mencurigakan yang tergeletak miring.

Penyidik menemukan di dekat situs itu ada lubang selebar 50 cm persegi, namun mereka tidak dapat mengidentifikasi seberapa dalam lubang sebenarnya.

Tim inspeksi menyatakan insiden terulangnya keruntuhan dan kerusakan di masjid ini adalah akibat pasukan Israel yang telah menggali di bawah situs suci.

Dalam dua tahun terakhir yayasan menemukan keruntuhan di lantai Masjid Aqsa, sebuah pohon besar yang roboh  di dekat Gerbang Qattanein, dan retak pada bangunan di dekat pohon. Israel melakukan penggalian lubang di bawah bidang Mutahhara terletak di perbatasan barat masjid, dan menyebabkan retak di gedung Marwani, retak pada bangunan di atas pintu gerbang di bagian utara masjid. Penggalian juga dilakukan di bagian barat dan selatan masjid.
Continue Reading »

Senin, 29 November 2010

Jika Al Aqsha dihancurkan, maka tempat Suci Yahudi juga akan Dihancurkan

December 13th, 2010
ImageSekelompok mahasiswa Iran mengancam akan menghancurkan makam Ratu Ester dan Mordechai (keduanya dihormati oleh kalangan yahudi) jika Israel berani menyebabkan kerusakan terhadap masjid Al-Aqsha di Yerusalem, Ynet melaporkan Ahad kemarin (12/12).
Menurut tradisi yahudi, makam tersebut terletak di kota Hamadan Iran barat.
Para mahasiswa, yang berkumpul di Bu-Ali Sina University di Hamadan, mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami, mahasiswa basijis … memperingatkan para pemimpin rezim Zionis jika mereka menyerang Masjid Al-Aqsha dengan cara apapun kami akan menghancurkan makam ini. “
Kantor berita Iran mengatakan para pemrotes adalah anggota mahasiswa Basij atau milisi Syi’ah garis keras.
Tempat suci yahudi di Hamadan untuk memperingati Ester, seorang perempuan Yahudi muda yang menikah dengan Raja Achaemenid Xerxes, lima abad sebelum Yesus, dan meyakinkan Ester untuk memungkinkan orang-orang Yahudi untuk menetap bebas di kekaisaran Persia.
Iran memiliki komunitas Yahudi terbesar di Timur Tengah – 20.000 sampai 25.000 jiwa dengan perkiraan yang berbeda – setelah Israel, dan kuil ini dikunjungi oleh banyak peziarah Yahudi setiap tahun.
Iran juga tempat bagi makam nabi Daniel Yahudi, yang menurut tradisi alkitabiah.
Republik Syiah Iran tidak mengakui Israel dan Presiden Mahmud Ahmadinejad telah menarik kecaman internasional oleh serangan pedas nya terhadap negara Yahudi dan menyebut peristiwa Holocaust sebagai “mitos.”
Beberapa konstruksi dan proyek arkeologi di sekitar Masjid Al-Aqsha, yang diklaim Yahudi sebagai Gunung Kuil dan bagi umat Islam sebagai Haram al-Syarif telah menjadi masalah dari dunia Islam di mana Israel saat ini sedang membahayakan situs suci tersebut.
Continue Reading »

Minggu, 28 November 2010

masjidil HARAM dan sekitarnya

Makkah terus berbenah. Perubahan fisik yang terjadi di kota suci itu terasa begitu cepatnya. Tengok saja kondisi di sekitar Masjidil Haram saat ini. Begitu banyak gedung-gedung jangkung yang mengelilingi Masjidil Haram. Dan kini, Masjidil Haram pun seperti dikepung oleh hutan beton yang menjulang ke langit.
Pembangunan seperti dikebut di sana untuk mengantisipasi kian banyaknya jamaah, baik haji atau umroh, yang datang ke Makkah setiap tahunnya. Untuk jamaah haji yang baru saja usai, diperkirakan sebanyak 2,5 juta orang mengikuti ritual suci tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirDy1E4mTVTxRW8AEIGhRtJvdLZsbS3oURvXw0Ef6vuCpEpAivUxQbRLQ7NOSrQAdn_rNv4hrkfoDkqVOdTR2g-mbk1zLJ1_ibdQmEFJvH3k1-TRE3JCqjEBQi6vLhUOXVZCl05-vpaPA/s400/makkah-tower-clock.jpgKota Makkah terletak di sebuah lembah sehingga Ka’bah bisa dilihat dari bukit-bukit di sekitarnya. Sekarang dengan adanya Mecca Royal Clock Tower yang berketinggian 601 meter yang dibangun dari balik bukit, ikut membantu jamaah untuk menyaksikan Makkah dari kejauhan.
Gedung-gedung pencakar langit yang seakan berdesakan di sekitar Masjidil Haram itu mengingatkan pada kondisi bangunan di Manhattan, Amerika Serikat. Jamaah bisa jadi dibuat terheran-heran dengan pesatnya pembangunan gedung-gedung tersebut. Bahkan bisa jadi, jamaah juga dibuat bingung mencari jalan menuju Masjidil Haram dan ketika kembali ke penginapan.
Apalagi, di sekitar Masjidil Haram begitu banyak terdapat hotel bintang lima yang dilengkapi berbagai mal. Bangunan-bangunan itu juga disesaki berbagai papan reklame. ”Gedung-gedung pencakar langit ini mestinya jangan dibangun di dekat Masjidil Haram,” ujar jamaah haji asal Pakistan, Aqil Malik. ”Ini membuat sulit untuk mencapai Masjidil Haram. Di sekitar Masjidil Haram mestinya dibiarkan ruang terbuka.”
Daerah sekitar Masjidil Haram telah diperluas dengan rencana pembangunan berskala besar untuk meningkatkan kapasitas masjid. Masjidil Haram sekarang dan ke depan akan jauh berbeda dengan kondisi di masa lalu. Lima puluh tahun lalu misalnya, Ka’bah tampak begitu sederhana dengan dikelilingi bangunan-bangunan tua.
Masjidil Haram rencananya akan terus dikembangkan sehingga kelak mampu menampung sekitar 700 ribu jamaah yang tersebar di beberapa lantai. Plaza atau ruang terbuka di sekitar Masjidil Haram juga akan diperluas. Pembangunan perluasan Masjidil Haram itu tampak sedang dikerjakan setelah turunnya perintah dari Raja Abdullah.
Budi Raharjo | Middle East Online/republika.co.id
Continue Reading »

Minggu, 21 November 2010

Masjid Agung Sultan Qaboos, Oman Muscat


Muscat Grand Mosque Oman Muscat Oman Masjid Agung

Clean and Bright ... Bersih dan Bright ...

Sultan QaboosGrand Mosque during Night Masjid Sultan QaboosGrand selama Night

Inside Muscat Grand Mosque Oman Di dalam Grand Muscat Oman Masjid

Prayer Carpet Doa Karpet
The Sultan Qaboos Grand Mosque is the main Mosque in the Sultanate of Oman. Sultan Qaboos Masjid Agung adalah Masjid utama di Kesultanan Oman.
In 1992 Sultan Qaboos directed that his country of Oman should have a Grand Mosque . Pada tahun 1992 Sultan Qaboos diarahkan bahwa negaranya Oman harus memiliki Masjid Agung. A competition for its design took place in 1993 and after a site was chosen at Bausher construction commenced in 1995. Sebuah kompetisi untuk desain terjadi pada tahun 1993 dan setelah situs dipilih pada konstruksi Bausher dimulai pada tahun 1995. Building work, which was undertaken by Carillion Alawi LLC took six years and four months. Bangunan kerja, yang dilakukan oleh Carillion Alawi LLC mengambil enam tahun dan empat bulan.
The Mosque is built from 300,000 tonnes of Indian sandstone. Masjid dibangun dari 300.000 ton batu pasir India. The main musalla (prayer hall) is square (external dimensions 74.4 x 74.4 metres) with a central dome rising to a height of fifty metres above the floor. The musalla utama (tempat shalat) adalah persegi (eksternal dimensi 74,4 x 74,4 meter) dengan kubah pusat naik hingga ketinggian lima puluh meter di atas lantai. The dome and the main minaret (90 metres) and four flanking minarets (45.5 metres) are the mosque's chief visual features. Kubah dan menara utama (90 meter) dan empat menara mengapit (45,5 meter) adalah fitur utama masjid visual. The main musalla can hold over 6,500 worshippers, while the women's musalla can accommodate 750 worshippers. The musalla utama dapat menahan lebih dari 6.500 jamaah, sedangkan musalla perempuan dapat menampung 750 jamaah. The outer paved ground can hold 8,000 worshippers and there is additional space available in the interior courtyard and the passageways, making a total capacity of up to 20,000 worshippers. Tanah diaspal luar bisa memegang 8.000 jamaah dan ada ruang tambahan yang tersedia di halaman interior dan lorong-lorong, membuat total kapasitas hingga 20.000 jamaah.
A major feature of the design of the interior is the prayer carpet which covers the floor of the prayer hall. Fitur utama dari desain interior adalah karpet doa yang meliputi lantai ruang doa. It contains, 1,700,000 knots, weighs 21 tonnes and took four years to produce, and brings together the classical Tabriz, Kashan and Isfahan design traditions. Ini berisi, 1.700.000 knot, berbobot 21 ton dan membutuhkan waktu empat tahun untuk menghasilkan, dan membawa bersama Tabriz klasik, Kashan dan tradisi desain Isfahan. 28 colors in varying shades were used, the majority obtained from traditional vegetable dyes. 28 warna dalam nuansa yang berbeda-beda digunakan, sebagian besar diperoleh dari zat warna nabati tradisional. It is the largest single piece carpet in the world. Ini adalah potongan karpet terbesar di dunia. The world's largest hand-woven carpet was produced by Iran Carpet Company (ICC) at the order of the Diwan of the Royal Court of Sultanate of Oman to cover the entire floor of the main praying hall of the Sultan Qaboos Grand Mosque (SQGM) in Muscat. tangan terbesar di dunia-tenunan karpet diproduksi oleh Iran Karpet Perusahaan (ICC) pada urutan Diwan Pengadilan Kerajaan Kesultanan Oman untuk menutupi seluruh lantai ruang berdoa utama dari Sultan Qaboos Masjid Agung (SQGM) di Muscat. The carpet measures over 70 × 60 meters, and covers the 4,343 square meter area of the praying hall, all in a single piece. Karpet tindakan lebih dari 70 × 60 meter, dan mencakup area 4.343 meter persegi ruang berdoa, semua dalam satu potongan. The chandelier above the praying hall is 14 meters tall. Lampu kristal di atas ruang berdoa adalah 14 meter. The Mosque is built on a site occupying 416,000 square metres and the complex extends to cover an area of 40,000 square metres. Masjid ini dibangun di atas sebuah situs yang menempati 416.000 meter persegi dan kompleks meluas untuk meliputi area seluas 40.000 meter persegi. The newly built Grand Mosque was inaugurated by Sultan of Oman on May 4, 2001. Grand baru dibangun Masjid diresmikan oleh Sultan Oman pada tanggal 4 Mei 2001.
Continue Reading »

Senin, 15 November 2010

Masjid As-Salaam Okachimachi Ueno Taito, Tokyo, Jepang

masjid  AS SALAAM
masjid AS SALAAM masjid SEBAGAI Salaam
masjid  AS SALAAM
masjid AS SALAAM masjid SEBAGAI Salaam
masjid  AS SALAAM
masjid AS SALAAM shoe rack masjid SEBAGAI rak sepatu Salaam
masjid  AS SALAAM
masjid AS SALAAM ablution room masjid SEBAGAI ruang wudhu Salaam
masjid  AS SALAAM
masjid AS SALAAM main prayer room masjid SEBAGAI ruang doa utama Salaam
masjid  AS SALAAM
masjid AS SALAAM ladies prayer room masjid SEBAGAI Salaam WC doa

Masjid As-Salaam Ueno-Okachimachi Masjid As-Salaam Ueno-Okachimachi

4-6-7 Taito, Taito-ku, Tokyo 110-0016 4-6-7 Taito, Taito-ku, Tokyo 110-0016

Community Center insha Allah will be built in the first floor of Assalaam Masjid Building. Community Center insya Allah akan dibangun di lantai pertama Gedung Assalaam Masjid.
This center will kindly provide access point to know the whole Islamic world. Pusat ini berbaik hati akan menyediakan jalur akses untuk mengenal dunia Islam secara keseluruhan.
Services: Layanan:
  1. Funeral service (temporary “rest” room) Pemakaman layanan (sementara "istirahat" kamar)
  2. Information about Islam (as religion and also Islamic culture, include Islamic countries) Informasi tentang Islam (sebagai agama dan juga budaya Islam, termasuk negara-negara Islam)
  3. Multimedia Library (Book, Audio, Video) Multimedia Library (Book, Audio, Video)
  4. Language Class (Teach and Learn English, Japanese, Arabic, etc) Kelas Bahasa (Mengajar dan Belajar Bahasa Inggris, Jepang, Arab, dll)
  5. Cooking Class Cooking Class
  6. Tea Class Kelas teh
  7. Bazaar (once/month) Bazaar (sekali / bulan)
  8. Travel Information to Islamic Countries Informasi Perjalanan ke Negara Islam
  9. Sell Gift, Souvenir, Interior, Herbal Tea, Aroma Theraphy Jual Gift, Souvenir, Interior, Teh Herbal, Aroma Theraphy
  10. Useful Information about Housing, Jobs, etc Informasi Berguna tentang Perumahan, Lowongan Kerja, dll
detail : http://www.assalaam.info/ detail: http://www.assalaam.info/
Continue Reading »

Sabtu, 13 November 2010

Masjid Sentral Seoul, Seoul, Korea Selatan

masjid-central-mosque-in-seoul-south-korea

masjid-central-mosque-in-seoul-south-korea masjid-pusat-masjid-di-seoul-korea selatan
masjid-central-mosque-in-seoul-south-korea
activity in masjid-central-mosque-in-seoul-south-korea kegiatan di masjid-masjid-pusat-in-seoul-korea selatan
Ramadha at masjid-central-mosque-in-seoul-south-korea
Ramadha at masjid-central-mosque-in-seoul-south-korea Ramadha di masjid-pusat-masjid-di-seoul-korea selatan
The Seoul Central Mosque opened in 1976 in Itaewon, Seoul. Seoul Central Masjid dibuka pada tahun 1976 di Itaewon, Seoul. It is located in Hannam-dong, Yongsan-gu. Hal ini terletak di Hannam-dong, Yongsan-gu. It holds lectures in English, Arabic, and Korean. Ini memegang kuliah dalam bahasa Inggris, Arab, dan Korea. Friday (Jummah) prayers regularly attract up to 800 worshipers at 1pm, the majority of them being of Arab, Indian, Pakistani or Turkish descent. Jumat (Jummah) shalat secara teratur menarik sampai dengan 800 jamaah pada 01:00, mayoritas dari mereka yang dari Arab, India, keturunan Pakistan atau Turki. As the only mosque in Seoul, it has become somewhat of a tourist attraction for Koreans to visit on weekends to hear talks given on Islam. Sebagai satu-satunya masjid di Seoul, telah menjadi sedikit dari tempat wisata bagi Korea untuk mengunjungi di akhir pekan untuk mendengar pembicaraan diberikan pada Islam. The mosque has been subject to a handful of incidents, most notably when men armed with swords entered the mosque, which consequently required the police to protect the mosque for a number of months following the incident. Masjid telah dikenakan beberapa insiden, terutama ketika orang-orang bersenjata dengan pedang memasuki masjid, yang akibatnya dibutuhkan polisi untuk melindungi masjid untuk beberapa bulan setelah kejadian.
Continue Reading »

Jumat, 12 November 2010

Camilla Leyland, Guru Yoga yang Memutuskan Menjadi Muslimah

Camilla Yoga
Camilla Leyland, Guru Yoga yang Memutuskan Menjadi Muslimah
Camilla Leyland
REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Camilla Leyland. Usianya kini 32 tahun. Bagi warga Cornwall, Inggris, Camilla sudah tak asing lagi. Ia memiliki sanggar yoga terbesar dan terkenal di kota itu, Camilla Yoga.

Namun tak banyak yang tahu, ibu dari seorang putri, Inaya, ini adalah seorang Muslim. Ia memutuskan untuk menganut Islam pada usia 20-an tahun.

Beda dengan pandangan Barat soal perlakuan Islam atas perempuan, ia justru tertarik mempelajari Islam karena alasan ini. Menurutnya, tak seperti pandangan banyak orang, Islam justru mendudukkan perempuan setara dengan laki-laki, dalam fungsi dan tugas masing-masing.

"Saya tahu, orang pasti akan terkejut mendengar kata "feminisme dan "Islam". Namun jangan salah, dalam Alquran, wanita mempunyai kedudukan setara laki-laki dan ketika agama ini dilahirkan, perempuan adalah warga kelas dua dalam masyarakat misoginis," ujarnya.

Menurutnya, banyak orang yang salah mendudukkan antara budaya dan agama. Di negara Islam, kebebasan wanita dikungkung mungkin benar, namun jangan salah juga, ketika saya tumbuh, saya juga merasa tertekan dalam kultur masyarakat Barat yang begini," ujarnya. "Tekanan" yang dimaksudkan, adalah tuntutan sosial agar wanita berlaku sama dengan pria, dengan minum minuman keras dan seks bebas. "Tak ada artinya semua itu bagi saya. Dalam Islam, ketika Anda mulai menjalin hubungan, maka artinya adalah sebuah komitmen yang intens," ujarnya.

Camilla besar dalam lingkungan kelas menengah Inggris. Ayahnya adalah direktur Southampton Institute of Education dan ibunya dosen ekonomi. Camilla mulai tertarik pada Islam sejak sekolah menengah.

Dahaganya akan pengetahuan keislaman agak terpuaskan ketelah ia masuk universitas, yang dilanjutkan dengan meraih gelar master untuk bidang studi Timur Tengah.

Pencerahan datang saat ia tinggal dan bekerja di Suriah. Ia makin tertarik pada Islam setelah membaca terjemah Alquran. "Saya tertarik untuk menjadi mualaf," ujarnya.

Keputusannya menganut Islam membuat teman-teman dan keluarganya heran. "Sulit bagi mereka untuk memahami seorang yang terpelajar, berasal dari kelas menengah, dan berkulit putih pula, memutuskan untuk menjadi Muslim," ujar Camilla.

Ia sempat mengenakan jilbab, namun kini dia tampil tanpa jilbab. Namun ia mengaku makin mantap dengan islam dan tak pernah melalaikan shalat.

Ia bersyukur menemukan Islam. Ia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya saat menghadiri ulang tahun temannya di sebuah bar, saat itu ia tampil perjilbab.

"Saya berjalan, dengan jilbab dan pakaian rapat saya, melihat semua mata menatap saya dan beberapa yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari secara provokatif. Untuk pertama kalinya, saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu," ujarnya.

Ia menyatakan beruntung menemukan "rute penyelamatan diri"-nya, Islam. "Ini saya yang sesungguhnya: saya bahagia berdoa lima kali sehari, dan mengikuti pengajian di masjid. Saya tak lagi menjadi budak dari masyarakat yang rusak," ujarnya.
Red: Siwi Tri Puji BSumber: Berbagai sumber
 
Continue Reading »

Kamis, 11 November 2010

Hedaytul Islam (Haw Baan) Masjid, Chiang Mai, Thailand

Ban_Hoe_Mosque
Moschee Ban_Hoe_Mosque Moschee Ban_Hoe_Mosque
On the left is the prayer hall, and on the right is the educational hall.
On the left is the prayer hall, and on the right is the educational hall. Di sebelah kiri adalah ruang doa, dan di sebelah kanan adalah ruang pendidikan.
(Chinese: 王和清真寺; pinyin: wánghéqīngzhēnsì, Thai: มัสยิดเฮดายาตูลอิสลามบ้านฮ่อ), located at Night Bazaar in Chiang Mai, is one of the biggest mosques in the province, and also one of the seven Chinese mosques in Chiang Mai. (Cina: 王 和 清真寺; pinyin: wánghéqīngzhēnsì, Thailand: มัสยิด เฮ ดา ยา ตู ล อิสลาม บ้าน ฮ่อ), terletak di Night Bazaar di Chiang Mai, adalah salah satu masjid terbesar di provinsi ini, dan juga salah satu dari tujuh masjid Cina di Chiang Mai.
It was first built in nineteenth century by a group of Chinese people, called Chin Ho or Hui, mostly came from Yunnan. Ini pertama kali dibangun pada abad kesembilan belas oleh sekelompok orang Tionghoa, yang disebut atau Hui Chin Ho, sebagian besar berasal dari Yunnan. The present-day buildings were built later, with an Arabic style rather a Chinese style, except in front of the prayer hall, there is a Chinese word, “清真寺”,which means a mosque. Bangunan saat ini dibangun kemudian, dengan gaya bahasa Arab bukan gaya Cina, kecuali di depan ruang doa, ada sebuah kata Cina, "清真寺", yang berarti masjid.
Every Saturday and Sunday, there is a class for young local Muslims, beginning around 8 O'clock to the noon prayer (dhuhr). Setiap hari Sabtu dan Minggu, ada kelas untuk Muslim lokal muda, dimulai sekitar 8:00 untuk doa siang (zhuhur). The mosque also receives 20 students each year for parents who can't afford to send their children to a government school. Masjid juga menerima 20 siswa setiap tahun bagi orangtua yang tidak mampu mengirimkan anak mereka ke sekolah pemerintah. However, most of them are from the other part of the country, rather in Chiang Mai. Namun, kebanyakan dari mereka adalah dari bagian lain negara, bukan di Chiang Mai. The students are both Chinese and non-Chinese Muslims. Para siswa baik Muslim Cina dan non-Cina.
Continue Reading »

Selasa, 09 November 2010

Masjid Al-Aqsha Dihancurkan

Assalamu''alaikum Wr. Wb,
Ustadz semoga dalam keadaan sehat-sehat.. Maaf sebelumnya saya menulis ini karena saya bingung dan harus bagaimana dan apa yang harus saya lakukan?
Setelah membaca berita tentang kekejaman Zionis Israel dalam meruntuhkan masjid Al-- Aqsa kiblat pertama umat Islam. Kita semua pasti tidak rela kalau Masjid Al-Aqsa dihancurkan.
Mohon saran dan nasehatnya, semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran bagi saudara-saudara kita yang skrg berjuang mempertahankan al--Aqsa.
Jazakallah
Wassalamu''alaikum Wr. Wb

jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Kalau kita punya iman dan tsiqah yang kuat kepada Allah SWT, sesungguhnya musuh-musuh Allah itu sangat lemah, kecil dan tidak berdaya. Karena Allah pasti akan menolong kita dan menguatkan pijakan kita.
Hai orang-orang mu''min, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS. Muhammad: 7)
Kalau sekarang ini kelihatannya mereka begitu berkuasa dan semena-mena, ketahuilah bahwa sifatnya hanya sementara saja. Bahkan kalau kita buka lembaran sejarah muslim - yahudi, kita dapati bahwa selama 14 abad terakhir ini, justru umat Islam berada di atas kekuasaan dan kebesaran. Sedangkan yahudi berada di bawah sebagai umat yang lemah tak berdaya.
Bahkan yahudi adalah kelompok masyarakat yang selama ini dibenci oleh banyak bangsa dan peradaban di dunia. Mereka diusir dari satu negeri ke negeri yang lain. Bahkan di Jerman sampai muncul kekuatan anti yahudi.
Kalau yahudi sekarang ini sedang berkuasa di Palestina dan ingin menghancurkan masjid Al-Aqsha, ketahuilah bahwa kejadian ini bersifat sementara saja. Kami yakin 100% bahwa tidak lama lagi kekuatan yahudi segera tumbang. Cita-cita untuk mendirikan Israel Raya hanya sekedar mimpi yang tidak akan pernah terkabul, insya Allah.
Buktinya, cita-cita itu sudah berusia ribuan tahun, tapisampai sekarang, untuk sekedar bernafas legapun tidak bisa. Sebentar-sebentar teman-teman kita dari Hamasmeledakkan perumahan mereka. Kehidupan macam apa yang sebentar-sebentar diancam dengan bom syahid?
Buat banyak penduduk di pemukiman yahudi di sana, hidup tak lebih dari neraka. Banyak di antara mereka yang akhirnya sadar bahwa apa yang rezim penguasa yahudi lakukan tidak lain hanyalah sebuah obsesi yang terlalu mahal harganya.
Sesungguhnya kalau kita merasa sakit dengan kejadian sekarang ini, ketahuilah yahudi pun ikut merasa sakit juga. Persis sebagaimana Allah SWT berfirman:
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka. Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. An-Nisa'': 104)
Kalau kita khawatir mendengar Al-Aqsha dibuldozer, para yahudi di sana bahkan kehilangan nafsu makan. Karena setiap saat, diri mereka, isteri dan anak-anak merekabisa saja tiba-tibajadi serpihan daging yang berceceran. Siapa yang berani melawan bom syahid para mujahidin Palestina?
Bagi yahudi, tidak ada pasukan yang paling ditakuti di dunia dan dari luar angkasa sekalipun, kecuali pasukan Muhammad SAW. Karena hanya pasukan inilah satu-satunya yang pernah melumat habis dan mengusir pergi kelompok yahudi laknatullah dari kota Madinah dan Khaibar.
Pasukan ini tidak pernah takut mati, tetapi justru merindukan mati syahid. Surga sudah melambai-lambai memanggil mereka. Buat apa hidup di bawah jajahan Israel, lebih baik segera menemui Allah SWT dan menikmati hidup abadi di surga. Allahu akbar!!!
Seandainya TNI dan semua prajuritnya punya mental seperti ini, pastilah TNI jadi tentara nomor wahid di dunia. Sebab kekuatan sebuah pasukan tidak semata diukur dari senjata, melainkan dari nyali. Lihatlah bagaimana pasukan AS ''keok'' di Iraq, bukankah mereka punya teknologi mutakhir? Tapi semua itu tidak ada artinya, kalau orang yang pegang senjata hanyalah sekumpulanbadut pengecut yang takut maut.
Tentara Israel ternyata jauh lebih pengecut lagi. Mereka hanya mampu membuat senjata dan memainkannya dari balik tembok.Kalau urusanperang bertemu langsung dengan lawan, adanya di nomor buncit, alias paling belakang.
Maka janganlah kecil hati saudaraku, insya Allah teman-teman kita di Palestina sudah siap perang sampai tetes darah penghabisan. Kita bantu doa, dana serta opini. Yang terakhir ini sangat penting, karena masih banyak muslimin saudara kita yang tidak tahu apa arti jihad melawan yahudi Israel.
Masih banyak keluarga kita yang bersikap masa bodo dengan problematika dunia Islam. Bahkan ada yang tega-teganya memfitnah pejuang muslim Palestina dan mengatakannya sebagai teroris, astaghfirullah-azhdim!!
Mari kita sadarkan teman-teman kita di sini, siapa lagi yang punya peran itu, kalau bukan kita. Kita kampanyekan bahwa jihad saudara kita di Palestina adalah jihad suci, yang perlu kita bantu dari segala sisi. Bukan sekedar mati konyol sebagaimana black campagne dari musuh-musuh Islam.
Dan ingat juga, bahwa kejadian seperti di Al-Aqsha itu mungkin saja nanti akan terjadi juga di negeri kita. Ada waktunya kita mungkin juga harus berjihad secara pisik, kalau negeri kita misalnya tiba-tiba diserbu tentara kafir yang ingin menghancurkan Islam di negeri ini, dengan dalih apapun. Toh kejadian ini sudah berlangsung di Afghan, Iraq, Libanon dan lainnya. Maka bagaimana dengan Indonesia? Hanya Allah yang tahu, kapan waktunya tiba.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

http://www.ustsarwat.com/web/ust.php?id=1170911872
Continue Reading »

Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam

Daily Mail
Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam (1)
Lauren Booth
Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam (2)
Lauren Booth
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Belum sebulan menjadi mualaf, ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair,  Lauren Booth, kembali menjadi bahan berita. Kali ini ia disebut menganut Islam syiah garis keras. Tudingan itu, dilatari perjalanannya ke Iran yang mengantarkannya menjadi Muslim.

Publikasi lain menyebut, ia menjadi Muslim hanya demi mencari popularitas. "Ia ingin diperhatikan," demikian sebagian orang mengomentari.

Alih-alih menanggapi semua tudingan, ia malah membuat surat terbuka tentang rasa syukurnya menjadi seorang Muslim. Suratnya itu dimuat di harian Daily Mail edisi awal pekan ini. Berikut ini petikannya:


Ditanya mengenai penjelasan singkat tentang bagaimana saya -- seorang jurnalis, orang tua  tunggal yang juga wanita karier, bekerja di media Barat -- memilih agama ini, saya selalu menjelaskan tentang pengalaman spiritual paling intens di sebuah masjid di Iran sebulan lalu.

Tetapi, hal ini membawa saya menengok ke belakang, pada Januari 2005, ketika saya datang seorang diri ke Tepi Barat untuk meliput pemilu di sana yang nantinya diterbitkan di The Mail edisi Minggu. Asal Anda tahu, sebelum pergi ke sana, saya belum pernah menghabiskan waktu dengan seseorang berdarah Arab, atau seseorang beragama Islam.

Seluruh pengalaman mungkin akan sangat mengejutkan, namun bukan untuk alasan yang mungkin saya harapkan. Sangat banyak informasi yang kita tahu tentang orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad, walau belakangan saya sadari banyak yang bias.

Intinya, saya tetap terbang ke Timur Tengah, dengan beragam pikiran berkecamuk di kepala saya: ekstremis radikal, kaum fanatik, kawin paksa, bom bunuh diri, dan jihad. Tak banyak brosur perjalanan yang saya bawa.

Pertama menginjakkan kaki, saya datang tanpa mantel, karena otoritas bandara Israel menahan kopor saya. Saat berjalan di Ramallah, saya menggigil, sebelum kemudian seorang wanita tua mencengkeram tangan saya.

Berbicara tak jelas dalam bahasa Arab yang cepat, ia membawa saya masuk ke dalam rumah di sisi jalan. Oh, apakah saya tengah diculik oleh seorang teroris? Saya masih bingung dan bertanya-tanya, ketika ia membuka lemari pakaian dan menarik sebuah mantel, topi, dan scarf.

Saya keluar dari rumah itu dengan mengenakan mantel, topi, dan scaft pemberiannya. Ciuman wanita tua itu mengantarkan kehangatan pada perjalanan saya. Kami tak saling bertukar kata.

Kejadian itu sangat sulit saya lupakan. Dalam wujud yang berbeda, kehangatan yang sama saya dapatkan ratusan kali. Hal yang sungguh tak saya dapatkan dalam apapun yang telah saya baca sebelumnya, atau terlihat di artikel manapun.

Sejak itu, saya setidaknya beberapa kali pergi ke sana selama tiga tahun. Pertama kali saya pergi untuk urusan kerjaan, maka kali lain saya pergi untuk alasan yang berbeda: bergabung dengan relawan pembawa bantuan dan grup pro-Palestina. Saya merasa tertantang oleh kesulitan yang dialami Palestina. Penting untuk diingat, ada umat Kristen di Tanah Suci ini yang telah tinggal selama 2.000 tahun dan bahwa mereka juga menderita di bawah pendudukan ilegal Israel.

Secara bertahap saya menemukan ekspresi seperti 'Masya Allah!' dan 'Alhamdullilah!' (mirip dengan 'Haleluya'), dan itu mulai masuk dalam percakapan sehari-hari saya. Ini adalah seruan gembira yang berasal dari 100 nama Tuhan (maksudnya mungkin 99, red), atau Allah.

Dari semula saya selalu gugup bila berada di dekat kelompok Muslim, kini saya malah mencoba untuk mendekati mereka. Sebuah tantangan bisa ada di dekat kaum terpelajar, yang lebih di atas semua itu, adalah sangat ramah dan murah hati.

Sejak itu, saya tak ragu lagi untuk memulai perubahan pemahaman politik, bahwa sesungguhnya warga  Palestina adalah sebuah keluarga yang hangat ketimbang tersangka teror, dan kaum Muslim adalah sebuah komunitas ketimbang serangkaian "Collateral Damage".

(OK, saya hentikan di sini dulu, karena saya harus shalat selama 10 menit. Sekarang pukul 01.30 PM. Ada lima kali waktu berdoa dalam Islam tiap hari, sepanjang tahun sejak terbit matahari hingga malam hari).

Bagaimana tentang perjalanan spiritual? Itu tak pernah terjadi pada saya. Meskupun, saya suka berdoa dan sejak kecil sudah mendengar cerita tentang Yesus dan para nabi sebelumnya. Saya dibesarkan dalam keluarga yang sangat sekuler.

Mungkin apresiasi saya atas budaya Islam, terutama pada perempuan Muslim, yang menarik saya untuk mengapresiasi Islam. Perempuan Islam yang saya lihat di Inggris adalah yang menutup seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki, kadang berjalan di belakang suami mereka, dengan anak-anak berbaju panjang di sekitar mereka.

Ini sungguh kontras dengan kondisi wanita profesional Eropa yang umumnya sangat memperhatikan penampilannya. Saya, misalnya, sangat bangga dengan rambut pirang saya, dan ya, belahan dada saya. Ini seolah menjadi "jualan" utama kami.

Saat bekerja di dunia broadcast televisi, betapa hal itu makin jelas terasa: presenter wanita menghabiskan waktu hingga satu jam untuk merias wajah dan penampilan mereka, hanya untuk membahas satu topik "serius" yang memakan waktu tak lebih dari 15 menit. Apakah ini sebagian bentuk liber-ation? Saya mulai bertanya-tanya seberapa banyak penghormatan bagi gadis-gadis dan perempuan dalam masyarakat "bebas" kita.

Pada tahun 2007 saya pergi ke Libanon. Saya menghabiskan waktu empat hari bersama para mahasiswi di sana, sebagian dari mereka mengenakan cadar. Mereka tetap tampak menawan, mandiri, dan bebas berpendapat. Mereka semua bukan gadis yang pemalu, atau mereka akan segera dipaksa untuk menikah, seperti yang sering kita dengar di Barat.

Suatu waktu mereka menemani saya mewawancarai seorang syekh yang disebut-sebut dekat dengan milisi Hizbullah. Saya sangat terkejut ketika melihat bagaimana syekh itu memperlakukan pada gadis yang menemani saya ini. Saat Syekh Nabil  yang mengenakan surban dan jubah cokelat berbicara tentang topik yang "menantang" -- tentang pertukaran tawanan -- mereka tergelitik untuk angkat bicara. Mereka bebas bertanya dan menyatakan apapun, termasuk angkat tangan untuk menyela sang Syekh yang tengah berbicara.

Ada hal lain yang berubah kemudian dalam diri saya.  Semakin banyak waktu saya habiskan di Timur Tengah, semakin sering saya minta diantar ke masjid. Hanya untuk kepentingan pesiar, begitu saya selalu meyakinkan pada diri saya. Walaupun faktanya, saya mendapatkan lebih dari sekadar "wisata" belaka.

Bebas dari aneka patung dan bangku, saya melihat mereka duduk begitu saja dengan anak-anak bermain di sekitarnya, beberapa memakan bekal mereka, dan wanita tua duduk di atas kursi roda mereka membaca Alquran. Mereka membawa "kehidupan" mereka ke masjid, dan membawa "masjid" ke dalam rumah-rumah mereka.

Dan tibalah suatu malam saat saya mengunjungi kota Qom, di bawah kubah emas yang disebut Fatimah Mesumah (Fatimah Sang Teladan), sama seperti perempuan lainnya di sana, tiba-tiba saya bergumam nama Allah beberapa kali, ketika memegang pagar makam Fatimah.

Ketika saya duduk, sebuah kenikmatan spiritual menyergap saya. Bukan kenikmatan yang seolah mengangkat kita dari tanah, tapi kenikmatan yang memberi kedamaian penuh. Saya duduk di sana untuk waktu yang lama. Seorang wanita muda di samping saya membisikkan, "Suatu keajaiban tengah terjadi pada Anda".

Ya, seketika saya tahu. Saya bukan lagi "turis dalam Islam", tapi telah menjadi umat, bagian dari komunitas Muslim, dan terkait dengan seluruh Muslimin.

Untuk pertama kalinya saya merasakan ingin lari dari situasi ini. Ada beberapa alasan; Apakan betul saya telah siap berpindah agama? Apa yang akan ada dalam pikiran teman-teman dan keluarga kalau saya menjadi Muslim? Apakah saya siap untuk mengubah banyak hal dalam perilaku keseharian saya?

Dan yang terjadi kemudian adalah hal yang benar-benar aneh. Saya tidak merasa khawatir tentang hal-hal itu, karena entah bagaimana menjadi seorang Muslim sangat mudah - meskipun masalah yang akan saya hadapi sangat berbeda, tentu saja.

Untuk memulai, Islam menuntut banyak belajar, namun saya ibu dua anak dan bekerja penuh waktu. Anda diharapkan untuk membaca Alquran dari awal hingga akhir, ditambah dengan bertemu imam dan segala macam aturan bagi orang yang sudah tercerahkan. Kebanyakan orang akan menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelum menyatakan keislamannya. Saya bisa melewatinya.

Kini saya menjalin hubungan dengan beberapa masjid di North London, dan saya pergi ke sana setidaknya sekali seminggu. Saya tidak mengkotakkan diri saya apakah saya seorang Syiah atau Sunni. Bagi saya, hanya ada satu Islam dan satu Allah.

Mengadopsi pakaian, harus saya akui, lebih sulit dari yang Anda pikirkan. Menggunakan jilbab artinya saya berubah secara lebih cepat lagi. Dan, saya melakukannya beberapa pekan lalu. Untunglah, cuaca di luar dingin, jadi hanya sedikit orang yang memperhatikan.

Beberapa orang di tempat kerja saya bisa menerima, sebagian lain mencibir, bahkan menganggap palsu konversi keyakinan saya. Tapi sekarang, saya mulai bisa mengabaikan komentar-komentas negatif mereka. Beberapa orang mungkin tak bisa paham tentang perjalanan spiritual, dan berbincang tentang itu justru membuat mereka ketakutan.
Lepas dari semua itu, satu yang menjadi perhatian saya saat ini adalah: saya akan tetap profesional. Beberapa aktivias lama akan tetap saya lakukan. Saya akan tetap menjadi aktivis pro-Palestina, dan tak akan berhenti. Inggris adalah negara yang lebih toleran, setidaknya dibanding Prancis dan Jerman.

Saya beruntung bahwa saya mempunyai hubungan yang kuat dengan orang-orang di sekitar saya. Reaksi dari teman-teman saya yang non-Muslim lebih pada penasaran daripada bermusuhan. "Apakah itu akan mengubahmu?" Mereka bertanya. "Bisakah kita tetap berteman? Bisakah kita pergi minum?"

Jawaban atas dua pertanyaan pertama adalah: ya. Yang terakhir kemungkinan besar adalah, tidak.

Hubungan saya dengan ayah saya mungkin memang tidak bagus, dan susah memintanya memahami konversi keyakinan saya. Saya dan ibu saya memiliki hubungan yang buruk sejak saya menginjak dewasa, namun kami membangun sebuah "jembatan" hubungan dan dia selalu mendukung saya. Ketika saya bilang saya menjadi Muslim, dia menjawab, "Bukan menjadi itu (Muslim). Kudengar tadinya kau menjadi Budha." Namun kini dia memahami dan menerimanya.

Suatu saat jika harus menikah lagi, saya ingin suami saya seorang Muslim. Jika ditanya apakah anak-anak saya akan menjadi Muslim juga, saya tak bisa menjawabnya. Semua terserah mereka. Anda tak bisa mengubah hati seseorang bukan? (Selesai)

Catatan: Beberapa bagian suratnya kami penggal, tetapi tidak mengurangi arti secara keseluruhan.
Red: Siwi Tri Puji B
Continue Reading »

Sabtu, 02 Oktober 2010

Sinagog Kharab; Awal Tanda Kehancuran Masjid Al-Aqsa?

Sejak awal tahun 2010, terasa sekali berbagai indikator yang muncul terkait rencana Yahudisasi Al-Quds. Lihatlah, intensitas aksi serangan Yahudi radikal ke Masjid Al-Aqsa yang berulangkali terjadi hingga tentara Israel berani melontarkan tembakan gas air mata dan peluru karet ke arah pintu ruang utama Masjid yang disebut Masjid Al-Qibali. Hingga persitiwa menghebohkan yang terjadi, peresmian Sinagog terbesar bernama Kharab.
Sebuah kajian dari Al-Quds International Institution menyebut Zionis memang ingin aksi lebih konkret di tahun 2010 ini. Terlebih dengan latar belakang pengalaman buruk yang dialami Zionis Israel paska kegagalan perang atas Lebanon, setelah keterpurukan luar biasa karena tak mampu mengalahkan Hamas di Gaza, juga kegagalan melakukan Yahudisasi atas Al-Quds sepanjang 43 tahun. Terjadi pula beberapa perubahan paradigma komunitas Yahudi, dari yang menganggap kesucian sejarah Yahudi ada di area Masjid Al-Aqsa dan menyebutnya sebagai lokasi sakral bagi Yahudi. Dan perubahan paradigma sebagian Yahudi yang menganggap Kuil III tak perlu dibangun di atas tanah Masjid Al-Aqsa.

Rangkaian peristiwa itu mendorong Zionis Israel berkeras untuk bisa mewujudkan target kejahatannya secara lebih terukur. Dan itulah yang dirasakan langsung oleh Al-Quds sejak awal tahun 2009, bersamaan dengan aksi gila militer Israel atas Gaza. Tahun 2009 menjadi tahun derita paling berat bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa dan Al-Quds, mengingat terlampau seringnya tentara Israel menyerang Masjid Al-Aqsa dan terlampau banyaknya penduduk Al-Quds yang diusir dan dikuasai Israel tanah serta rumah mereka.

Mengenal Bahaya Sinagog Kharab
Sinagog Kharab adalah bangunan sinagog terbesar milik Israel yang berjarak beberapa puluh meter saja dari Masjid Al-Aqsa. Kisah tentang sinagog ini sesungguhnya sudah bermula sejak tahun 2001. kala itu, Zionis Israel menetapkan pembangunannya dengan asumsi biaya tak kurang dari 12 juta dollar, yang sudah terkumpul dari subsidi Israel dan berbagai konglomerat Yahudi di seluruh dunia.

Pembangunannya sendiri baru dimulai di tahun 2006, usai digambarkan peta lokasi dan konstruksi bangunannya secara utuh berdasarkan peta sebuah sinagog yang hancur di tahun 1948. Israel, melalui keterangan resmi mereka, menjelaskan misi pengelolaan Sinagog Kharab melalui sebuah lembaga bernama “Dana Budaya Tembok Ratapan.”
Sinagog yang letaknya bersebelahan dengan Masjid Al-Umari, di atas tanah wakaf yang diberikan penduduk Palestina itu, memiliki tinggi bangunan 24 meter dan kubahnya memiliki 12 jendela. Dengan kubah warna putih, keberadaan sinagog sangat mencolok bila dilihat dari lokasi Masjid Al-Aqsa. Apalagi bila diketahui jaraknya memang dekat dengan tembok sisi barat Masjid Al-Aqsa, yang di sisinya adalah Masjid Al-Umari, sebuah masjid bersejarah milik umat Islam yang ditutup oleh Zionis Israel. Konstruksi bangunan kubah Sinagog yang besar dan berwarna putih juga menunjukkan untuk kian menyamarkan simbol Masjid Al-Aqsa dan Masjid Qubbatu Shakhrah (kubah emas) yang ada di Al-Quds.
Tiga bulan sebelum akhirnya diresmikan pada 16 Maret 2010, berbagai media massa Zionis Israel sudah gencar mengangkat informasi peresmian Sinagog Kharab ini. Media-media massa Israel telah menyebutkan bahwa proyek pembangunan Sinagog Kharab itu akan rampung di pertengahan bulan Maret 2010. Dan, sesuai banyak artikel yang dimuat di harian Haaretz berbahasa Ibrani, peresmian Sinagog Kharab adalah langkah fenomenal Yahudi sebagai tanda mereka berhasil mengukuhkan Al-Quds sebagai ibukota Israel, keberhasilan penting Yahudisasi Al-Quds, dan sinagog itu akan menjadi simbol penting bagi ritual Yahudi di Al-Quds. Seiring dengan informasi peresmian Sinagog Kharab, atau sejak awal tahun 2010, beragam kelompok ortodoks Yahudi pun melakukan sejumlah aksi “pemanasan” dengan beberapa kali menggelar ritual di halaman masjid, meski harus berhadapan dengan pemuda Palestina yang mencoba menghalangi mereka. Tapi aksi-aksi itu bisa dikatakan berhasil karena didukung oleh aparat polisi dan tentara Israel. bersambung ke Sinagog Kharab; Awal Tanda Kehancuran Masjid Al-Aqsa? (2) 

[Sumber: Majalah Tarbawi edisi 225]
Continue Reading »

Sabtu, 11 September 2010

Masjid Kobe, Kobe, Jepang

Kobe Mosque
Kobe Mosque, after World War II bombing, the mosque was still standing Masjid Kobe, setelah Perang Dunia II pemboman, masjid masih berdiri
Kobe mosque, today
Kobe mosque, today Masjid Kobe, hari ini
Kobe Camii
Kobe Camii Kobe Camii
Mosque Kobe, Interior
Mosque Kobe, Interior Masjid Kobe, Interior
Kobe Mosque (神戸モスク, Kōbe Mosque?), also known as Kobe Muslim Mosque (神戸ムスリムモスク, Kōbe Muslim Mosque?), was founded in October, 1935 in Kobe and is Japan's first mosque. Masjid Kobe (神戸 モスク, Kobe Masjid?), Juga dikenal sebagai Masjid Muslim Kobe (神戸 ムスリムモスク, Kobe Muslim Masjid?), Didirikan pada bulan Oktober, 1935 di Kobe dan merupakan masjid pertama di Jepang. Its construction was funded by donations collected by the Islamic Committee of Kobe from 1928 until its opening in 1935. Pembangunannya didanai oleh sumbangan yang dikumpulkan oleh Komite Islam Kobe dari tahun 1928 hingga pembukaannya tahun 1935. The mosque was confiscated by the Imperial Japanese Navy in 1943. Masjid tersebut disita oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang tahun 1943. However, it continues to function as mosque today. Namun, terus berfungsi sebagai masjid hari ini. It is located in the Kitano-cho foreign district of Kobe. Terletak di distrik Kitano-cho asing Kobe. Owing to its basement and structure, the mosque was able to endure through the Great Hanshin earthquake. Karena basement dan struktur, masjid mampu bertahan melalui gempa Hanshin Agung. The mosque was built in traditional Turkish style by the Czech architect Jan Josef Švagr (1885–1969), the architect of a number of Western religious buildings throughout Japan. masjid ini dibangun dalam gaya Turki tradisional oleh arsitek Ceko Jan Josef Švagr (1885-1969), arsitek dari sejumlah bangunan keagamaan Barat di seluruh Jepang.
When the buildings around it almost razed to the ground, Kobe Muslim Mosque still standing upright. Ketika bangunan di sekitarnya hampir rata dengan tanah, Kobe Muslim Masjid masih berdiri tegak. This mosque suffered only cracks on exterior walls and all the glass windows broken. Masjid ini hanya mengalami retak-retak pada dinding eksterior dan semua jendela kaca yang pecah. The exterior of the mosque became a bit dark because the smoke bomb attack. Bagian luar masjid menjadi agak gelap karena serangan bom asap. Japanese soldiers who took refuge in the basement of the mosque survived the bomb threat, as well as concealed weapons. tentara Jepang yang berlindung di ruang bawah tanah masjid selamat dari ancaman bom, serta senjata tersembunyi. This mosque became a place of refuge for victims of war. Masjid ini menjadi tempat perlindungan bagi korban perang.


http://majestad.wordpress.com/
Continue Reading »

Kamis, 09 September 2010

Sejarah Mesjid Al-Aqsa di Yerusalem, Pendirian Hingga Bahaya Kehancurannya

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra ayat 1)

Ayat di atas adalah bukti kesucian Mesjid Al-Aqsa dan Yerusalem, kota tempat mesjid itu didirikan sebagai tempat yang disucikan bagi umat Islam sedunia, sebagaimana Mekah yang disucikan karena terdapat Baitullah atau Kabah di dalamnya. Selain itu dari Mesjid Al-Aqsa inilah Rasulullah Saw bermiraj menghadap Allah Swt untuk menerima perintah shalat, dan kemudian dijadikan arah tujuan shalat (kiblat) pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kabah di Mekah berdasarkan perintah Allah pada surat Al-Baqarah ayat 144.

Sebagai kota suci bagi umat Islam, kota Yerusalem beserta mesjid Al-Aqsa-nya telah dinodai oleh kejahatan Pemerintah Israel yang bermaksud menguasai dan menghancurkannya, dan mendirikan tempat ibadah mereka di atas reruntuhannya, meskipun keyakinan tradisional mereka melarang untuk beribadah di wilayah itu.

Kesucian Mesjid Al-Aqsa bukan hanya karena pernah dijadikan arah kiblat pertama dan tempat ibadah bagi kaum Muslimin, tapi ia merupakan simbol harga diri umat Islam di mata dunia. Sudah selayaknya kaum Muslimin seluruh dunia membela kesuciannya, dengan mempertahankan keberadaannya.



Berikut ini sejarah kota Yerusalem dan Mesjid Al-Aqsa yang berada di dalamnya.

4000 – 3000 SM (Zaman Tembaga)

Sebelum bernama Yerusalem kota ini bernama Ofel dengan penemuan arkeologi berupa keramik



3000 – 2800 SM (Awal Zaman Perunggu)

Ditemukan bukti-bukti keberadaan pemukiman tetap



2600 SM

Diyakini para ahli bahwa kota ini didirikan oleh masyarakat Semitik Barat dengan pemukiman yang terorganisir.



Abad ke-9 SM

Menurut Teks Kebencian (Execration Texts), atau disebut juga Daftar Pelarangan, adalah teks-teks keramat Mesir kuno yang berisi nama-nama orang yang dibenci atau musuh negara, kota itu disebut dengan nama Roshlamem atau Rosh-ramen.



1000 SM

Yerusalem ditaklukkan oleh Raja Daud dari tangan orang Yebus dan dijadikan ibukota Kerajaan Israel.



970 SM

Masa akhir kekuasaan Raja Daud (Nabi Daud As), kemudian dilanjutkan oleh anaknya Salomo (Sulaiman As) yang membangun Bait Suci di Gunung Moria. Bait Salomo (kemudian dikenal sebagai Bait Pertama), memainkan perang penting dalam sejarah bangsa Yahudi sebagai tempat singgahnya Tabut Perjanjian (Ten Commandments atau 10 Firman Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa).



930 M

Raja Sulaiman wafat. 10 suku utara memisahkan diri membentuk kerajaan Israel. Di bawah wangsa (dinasti) Daud dan Sulaiman, Yerusalem menjadi ibukota Kerajaan Yehuda.



722 SM

Bangsa Assyria menaklukkan Kerajaan Israel, Yerusalem dikuatkan oleh serombongan besar pengungsi dari kerajaan utara. Periode Bait Pertama berakhir sekitar tahun 586 SM, saat bangsa Babilonia menaklukkan Yehuda dan Yerusalem, dan menelantarkan Bait Salomo.



587 M

Masa 450 tahun dari 970 SM Yerusalem menjadi ibukota politik Kerajaan Israel bersatu, sedang Kerajaan Yehuda dan Baitnya menjadi pusat keagamaan bangsa Israel. Era ini dikenal dalam sejarah sebagai Periode Bait Pertama.


538 M

Setelah lima puluh tahun dalam pembuangan ke Babilonia, Raja Persia Koresh Agung mengajak orang Yahudi untuk kembali ke Yehuda membangun Bait. Pembangunan Bait Kedua selesai di tahun 516 SM, selama kekuasaan Darius Agung, 70 tahun setelah hancurnya Bait Pertama.



455 SM

Raja Artaxerxes I dari Persia mengeluarkan dekrit yang mengizinkan kota dan tembok dibangun kembali. Yerusalem kembali menjadi ibukota Yehuda dan pusat peribadatan orang Yahudi. Saat pengasa Makedonia Aleksander Agung menaklukkan Kekaisaran Persia, Yerusalem dan Yudea jatuh ke tangan Makedonia, segera setelahnya jatuh ke kekuasaan Dinasti Ptolemaik di bawah Ptolemy I.



198 SM

Ptolemy V kehilangan Yerusalem dan Yudea dari bangsa Seleukus di bawah Antiochus III. Kekaisaran Seleukus yang berusaha mengisi Yerusalem sebagai polis yang dihelenisasi menjadi gawat di tahun 168 SM dengan keberhasilan penuh Revolusi Makabe Mattathias sang Pendeta Tinggi dan kelima putranya atas Antiochus Epiphanes, dan terbentuknya Kerajaan Hasmonea mereka di tahun 152 SM dengan Yerusalem kembali sebagai ibukotanya.



6 M

Saat Roma menjadi semakin kuat, Herodes diangkat sebagai raja boneka Yahudi. Herodes Agung mengabdikan dirinya untuk membangun dan memperindah kota. Dia membangun tembok, menara, dan kuil, dan memperluas Bukit Bait, menopang halaman istana dengan balok batu yang beratnya mencapai 100 ton. Selama Herodes berkuasa, wilayah Bukit Bait bertambah luas. Di tahun ini, kota dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh penguasa Romawi dijadikan sebagai Provinsi Iudaea dan keturunan Herodes hingga Agrippa II masih memangku gelar raja boneka Yudea hingga 96 M.



70 M

Penguasa Romawi atas Yerusalem dan wilayah sekitarnya mulai tertantang dengan adanya Perang Yahudi-Romawi pertama, yang menyebabkan kehancuran Bait Kedua.



132

Dimulainya pemberontakan orang Yahudi terhadap penguasa Romawi yang dikenal dengan Revolusi Bar Kokhba, dan selama tiga tahun pemberontakan itu Yerusalem sekali lagi menjadi ibukota dari Yudea.



135

Orang-orang Romawi terus menekan revolusi di tahun 135. Kaisar Hadrianus meromawisasi kota dan mengganti namanya menjadi Aelia Capitolina, dan melarang orang Yahudi memasukinya. Hadrianus mengganti keseluruhan nama Provinsi Iudaea menjadi Syria Palaestina menurut kata Filistin dalam Alkitab untuk menjauhkan orang Yahudi dari negara mereka. Larangan orang Yahudi memasuki Aelia Capitolina berlanjut hingga abad ke-4 M.



Abad ke-4

Lima abad setelah revolusi Bar Kokhba, kota masih berada dibawah kekuasaan Romawi kemudian Bizantium. Selama abad ke-4, Kaisar Romawi Konstantin I membangun tempat-tempat Kristen di Yerusalem seperti Gereja Makam Kudus. Luas wilayah dan populasi Yerusalem mencapai puncak di akhir Periode Bait Kedua: Kota mencakup dua kilomoter persegi dan memiliki populasi 200.000. Dari dari-hari Konstantin hingga abad ke-7, Yerusalem dilarang bagi orang Yahudi.

Dalam rentang beberapa dekade, Yerusalem berganti penguasa dari Romawi menjadi Persia dan kembali dikuasai Romawi sekali lagi. Dengan adanya tekanan Khosrau II dari Sassania di awal abad ketujuh terhadap Bizantium hingga ke Syria, Jendral Sassania Shahrbaraz dan Shahin menyerang kota yang dikendalikan Bizantium, Yerusalem (bahasa Farsi: Dej Houdkh). Mereka



614

Pada pengepungan Yerusalem, setelah 21 hari peperangan tanpa ampun, Yerusalem direbut. Riwayat Bizantium menceritakan bahwa tentara Sassana dan orang Yahudi membantai puluhan dari ribuan orang Kristen di dalam kota, ini menjadi episode yang masih diperdebatkan para sejarawan. Kota yang ditaklukkan masih berada di tangan Sassania hingga sekitar lima belas tahun saat Kaisar Bizantium Heraklius merebutnya kembali di tahun 629.



621

Masjid Al-Aqsa atau disebut juga Bait Al-Muqaddas (Al-Quds) artinya rumah suci. Sedangkan pengertian Masjid Al-Aqsa adalah mesjid terjauh. Atau oleh Nabi Muhammad Saw disebut juga mesjid berkubah biru.

Mesjid Al-Aqsa ini terletak di Kota Yerusalem Timur atau dikenal dengan nama wilayah Al-Haram Asy-Syarif bagi umat Islam atau Har Ha-Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount/Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasrani. [2] Mesjid ini berukuran 1/6 dari seluruh area Al-Haram Asy-Asyarif di dalam tembok Kota Lama Yerusalem. Ketika Rasul melakukan Isra pengertian Al-Aqsa adalah keseluruhan wilayah Al-Haram Asy-Syarif ini, sedangkan bangunan Mesjid Al-Aqsa seperti sekarang ini secara permanen dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Umayyah (Dinasti Bani Umayyah) pada tahun 66 H dan selesai tahun 73 H.

Bait yang pertama kali dibangun oleh Raja Sulaiman ini menjadi tempat singgahnya 10 Firman Tuhan, di sini juga Nabi Isa As. menerima wahyu kenabian, dan setelah itu dijadikan persinggahan Nabi Muhammad Saw sebelum Mi’raj ke langit. Masjid Al-Aqsa kemudian merupakan tempat suci ketiga setelah Mekah dan Madinah, dan pernah dijadikan arah kiblat shalat umat Islam selama 13 tahun penyebaran Islam di Mekah dan 17 bulan setelah hijrah di Madinah.



638

Di tahun 638, Kekhalifahan Islam membentangkan kekuasaannya hingga Yerusalem. Dengan adanya penaklukkan Arab, orang Yahudi diizinkan kembali ke kota. Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab menandatangani kesepakatan dengan Patriakh Kristen Monofisit Sophronius untuk meyakinkan dia bahwa tempat-tempat suci dan umat Kristen Yerusalem akan dilindungi di bawah kekuasaan orang Muslim. Umar memimpin dari Batu Fondasi di Bukit Bait, yang sebelumnya telah ia bersihkan untuk mempersiapkan bangunan masjid. Menurut uskup Gaul Arculf, yang tinggal di Yerusalem dari 679 hingga 688, Masjid Umar merupakan bangunan kayu persegi yang dibangun di atas sisa-sisa bangunan yang dapat menampung 3.000 jamaah. Khalifah Abdul Malik dari Umayyah mempersiapkan pembangunan Kubah Shakhrah (Dome oh the Rock) pada akhir abad ke-7. Sejarawan abad ke-10 al-Muqaddasi menulis bahwa Abdul Malik membangun altar untuk menyelesaikan kemegahan gereja-gereja monunental Yerusalem. Selama lebih dari empat ratus tahun berikutnya, ketenaran Yerusalem berkurang saat wilayah itu direbut dan menjadi wilayah kekuasaan Arab.

Kubah Al-Shakhrah inilah yang kemudian diperkenalkan oleh Israel kepada dunia internasional sebagai Masjid Al-Aqsa untuk menipu umat Islam dunia, dan menjauhkannya dari pengetahuan dan pengawasan kaum Muslimin. Kubah ini letaknya di dalam wilayah yang sama dengan Masjid Al-Aqsa atau di area Al-Haram Asy-Syarif.

Tujuan utama media Yahudi menyamarkan Masjid Sakhra (Dome of the Rock) sebagai Masjid Aqsa adalah agar Yahudi bisa menghancurkan Al Aqsa dan membangun “Solomon Temple” (Kuil Sulaiman) pada bekas reruntuhan Al Aqsa. Umat Yahudi meyakini dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) bahwa akan datang di akhir zaman seorang yang mereka anggap sebagai dewa penolong Yahudi yang dinamakan “Messiah” (Al Masih, dalam bahasa Arab) apabila mereka mengadakan ritual agama di Solomon Temple dengan mempersembahkan sapi betina berwarna merah (Al Baqarah). (The Guardian Magazine).



1099

Tahun 1099, penguasa Fatimiyah mengusir penduduk Kristen asli sebelum Yerusalem ditaklukkan oleh Tentara Salib. Tentara Salib sendiri kemudian membantai sebagian besar penduduk Muslim dan Yahudi; lalu Tantara Salib membuat Kerajaan Yerusalem. Pada awal Juni 1099 populasi Yerusalem menurun dari 70.000 hingga kurang dari 30.000.



1187

Kota Yerusalem direbut dari Tentara Salib oleh Saladin atau Salahuddin Al-Ayyubi yang mengizinkan orang Yahudi dan Muslim kembali dan bermukim di dalam kota. Di bawah pemerintahan Dinasti Ayyubiyyah, Salahuddin Al-Ayyubi, periode investasi besar dimulai dengan pembangunan rumah-rumah, pasar, kamar-mandi umum, dan pondok-pondok bagi peziarah, begitu pula ditetapkannya sumbangan keagamaan. Meski demikian, selama abad ke-13, Yerusalem turun status menjadi desa karena jatuhnya nilai strategis kota perjuangan Ayyubiyyah yang gagal.



1244

Tahun 1244, Yerusalem dikepung oleh Kharezmian bangsa Tartar, yang mengurangi penduduk Kristen kota dan mengusir orang Yahudi. Khwarezmia dari bangsa Tatar diusir oleh Ayyubiyyah tahun 1247. Dari 1250 hingga 1517, Yerusalem dikusasai oleh Mamluk. Selama periode ini banyak pertentangan terjadi antara Mamluk di satu sisi dan tentara salib dan suku Mongol di sisi lain. Wilayahnya juga terimbas dari banyak gempa dan wabah hitam.



1517

Yerusalem dan sekitarnya jatuh ke tangan Turki Ottoman yang masih mengambil kendali hingga 1917. Yerusalem menikmati periode pembaruan dan kedamaian di bawah kekuasaan Suleiman I – termasuk pembangunan ulang tembok-tembok yang mengelilingi Kota Tua. Selama masa penguasa-penguasa Ottoman, Yerusalem berstatus provinsi, jika dalam hal keagamaan kota ini menjadi pusat yang sangat penting, and tidak menutup diri dari jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Kairo. Orang-orang Muslim Turki melakukan banyak pembaharuan: sistem pos modern diterapkan oleh berbagai konsulat; penggunaan roda untuk mode transportasi; kereta pos dan kereta kuda, gerobak sorong dan pedati; dan lentera minyak, merupakan tanda-tanda awal modernisasi di dalam kota. Pada paruh abad ke-19, bangsa Ottoman membangun jalan aspal pertama dari Jaffa hingga Yerusalem, dan pada 1892 jalur rel mulai mencapai kota.



1831

Setelah aneksasi Yerusalem oleh Muhammad Ali dari Mesir, misi dan konsulat asing mulai menapakkan kakinya di kota. Tahun 1836, Ibrahim Pasha mengizinkan penduduk Yahudi Yerusalem memperbaiki empat sinagoga besar, termasuk di antaranya Sinagoga Hurva.



1834

Saat Revolusi Arab di Palestina, Qasim al-Ahmad memimpin penyerangan dari Nablus dan menyerang Yerusalem, dibantu oleh klan Abu Ghosh, dan memasuki kota pada 31 Mei 1834. Orang Kristen dan Yahudi di Yerusalem menjadi target penyerangan. Tentara Mesir Ibrahim menaklukkan serangan Qasim di Yerusalem bulan berikutnya.



1840



Kekuasaan Ottoman kembali lagi di tahun 1840, namun banyaknya orang Islam Mesir yang ada di Yerusalem dan orang Yahudi dari Algeria dan Afrika Utara yang berdatangan menyebabkan meningkatnya jumlah populasi di dalam kota. Di tahun 1840-an dan 1850-an, kuasa internasional mulai tarik tambang di Palestina saat mereka meminta perpanjangan perlindungan atas umat beragama minoritas di dalam negeri, sebuah perjuangan yang diangkat terutama oleh wakil konsuler di Yerusalem. Menurut konsul Prussia, populasi di tahun 1845 adalah 16.410 dengan 7.120 orang Yahudi, 5.000 Muslim, 3.390 Kristen, 800 tentara Turki dan 100 orang Eropa. Volume peziarah Kristen semakin meningkat selama kekuasaan Ottoman, dan menyebabkan populasi kota bertambah menjadi dua kali lipat selama Paskah.



1860



Pemukiman baru mulai berkembang di luar tembok Kota Tua sebagai tempat menetap para peziarah dan untuk mengurangi tingkat kepadatan dan sanitasi yang buruk di dalam kota. Kamp Rusia dan Mishkenot Sha'ananim didirikan di tahun 1860. Tahun 1867 Misionaris Amerika melaporkan populasi kira-kira Yerusalem 'diatas' 15.000 yang terdiri dari: 4.000 hingga 5.000 orang Yahudi dan 6.000 umat Muslim. Setiap tahun ada sekitar 5.000 hingga 6.000 Peziarah Kristen Rusia.



1917

Setelah Pertempuran Yerusalem, Tentara Britania dipimpin General Edmund Allenby mengepung kota, dan di tahun 1922, LBB (Liga Bangsa-bangsa bentuk pertama PBB, Persatuan Bangsa-bangsa) pada Konferensi Lausanne mempercayakan Britania Raya untuk mengatur Mandat bagi Palestina.

Dari tahun 1922 hingga tahun 1948 total populasi kota meningkat dari 52.000 menjadi 165.000 dengan dua pertiganya orang Yahudi dan sepertiga orang Arab (umat Muslim dan Kristen). Situasi antara orang Arab dan Yahudi di Palestina tidak tenang. Di Yerusalem, kerusuhan terjadi tahun 1920 dan tahun 1929. Di bawah pemerintahan Britania, taman-taman baru dibuat di pinggir kota di bagian utara dan barat kota dan institusi pendidikan tinggi seperti Universitas Ibrani didirikan.

Saat masa jabatan Mandat Britania untuk Palestina berakhir, Rencana Pembagian Palestina oleh PBB tahun 1947 mengusulkan “pembuatan rezim internasional khusus di Kota Yerusalem, mengesahkannya sebagai corpus separatum di bawah administrasi PBB”. Rezim internasional (yang juga termasuk kota Bethlehem) tetap berlaku selama satu periode berkisar sepuluh tahun, kemudian sebuah referendum diadakan untuk memutuskan rezim masa depan kota. Namun, rencana ini tidak dilaksanaan karena perang tahun 1948 meletus, sementara Britania menarik diri dari Palestina dan Israel menyatakan kemerdekaannya. Perang memicu pemindahan populasi Arab dan Yahudi di kota. 1.500 penduduk Perempat Yahudi di Kota Tua terusir dan beberapa ratus dipenjara saat Legiun Arab mengepung Perempat itu pada 28 Mei. Legiun Arab juga menyerang Yerusalem Barat dengan sniper.



1948

Tanah tak berpemilik antara Yerusalem Barat dan Timur mulai diurus pada November 1948: Moshe Dayan, komandan tentara Israel di Yerusalem bertemu dengan rekan Yordanianya Abdullah el Tell di sebuah tempat tinggal gurun di lingkungan Musrara Yerusalem dan menandai posisi mereka masing-masing: posisi Israel berwarna merah dan Yordania berwarna hijau. Peta kasar, yang tidak berarti sebagai suatu yang resmi, menjadi garis gencatan senjata final dalam Kesepakataan Gencatan senjata 1949, yang membagi kota dan meninggalkan Gunung Scopus sebagai daerah kantong Israel. Kawat berduri dan pagar beton penghalang dipasang di pusat kota dan tembak-tembakan militer sering pecah di wilayah gencatan senjata. Setelah proklamasi Negara Israel, Yerusalem dideklarasikan sebagai ibukotanya. Yordan yang meaneksasi Yerusalem Timur tahun 1950, memberlakukan hukum Yordania di wilayah itu. Hanya Britania Raya dan Pakistan yang mengakui aneksasi tersebut, yang, terkait Yerusalem, berada atas dasar de facto. Adalah meragukan jika Pakistan dikatakan melakukan pencaplokan terhadap Yordania.

Yordania mengambil kendali tempat-tempat suci di Kota Tua. Bertolak-belakang dengan syarat-syarat perjanjian, orang Israel tidak diperkenankan masuk ke tempat-tempat suci, banyak diantaranya yang dinajiskan. Yordania mengizinkan akses sangat terbatas ke tempat-tempat suci Kristen. Selama periode ini, Kubah Shakhrah dan Masjid al-Aqsa direnovasi besar-besaran.

Para pendoa Yahudi di Tembok hanya mungkin berada di beberapa titik di sepanjang gang sempit di pinggiran wilayah orang-orang Maroko yang padat penduduknya, sebuah daerah yang diwariskan pada abad kedua belas untuk pengikut Saladin oleh putranya Malik al-Afdhal.



1967

Setelah Israel merebut Yerusalem Timur pada Perang Enam Hari di tahun 1967, orang Yahudi dan Kristen diperbolehkan memasuki kembali tempat-tempat suci, sementara Bukit Bait masih menjadi yurisdiksi wakaf Islam. Wilayah orang Maroko yang berbatasan dengan Tembok Barat, dikosongkan dan dihancurkan untuk membuat jalan bagi sebuah plaza bagi mereka mengunjungi dinding. Sejak perang, Israel telah memperluas lingkar kota dan menetapkan lingkar pemukiman Yahudi di tanah kosong sebelah timur Garis Hijau.

Namun, pengambilalihan Yerusalem Timur dikritik oleh dunia internasional. Setelah penyampaian Hukum Yerusalem Israel, yang menyatakan Yerusalem “sepenuhnya dan kesatuan” ibukota Israel, Dewan Keamanan PBB menyampaikan resolusi yang menyatakan terjadi “pelanggaran hukum internasional” dan meminta semua negara-negara anggota menarik semua duta besarnya dari kota.

Status kota ini, khususnya tempat-tempat suci, masih menjadi masalah inti konflik Israel-Palestina. Pemukim Yahudi telah mengambil alih situs-situs bersejarah dan membangun di tanah yang disita dari orang Arab untuk meluaskan kehadiran orang Yahudi di Yerusalem Timur, sementara pemimpin-pemimpin Islam terkemuka mengklaim orang Yahudi tidak memiliki hubungan sejarah dengan Yerusalem, menganggap Tembok Barat yang telah berusia 2500 tahun dibangun sebagai bagian dari masjid. Orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina di masa mendatang. [1]

Di akhir perang pada Juni 1967, saat pasukan Israel memasuki Kota Tua, pemerintah Israel diberi kesempatan tidak hanya untuk memulihkan keberadaan Yahudi ke kota bertembok namun menciptakan wilayah baru Yahudi yang diperluas, yang terdapat Tembok Barat sebagai pusatnya.



1970



Sekelompok rabi ekstremis – dipimpin oleh Shlomo Goren, yang kemudian menjadi kepala rabi Israel – mulai melobi agar orang Yahudi diizinkan masuk ke kompleks mesjid untuk berdoa, walaupun keputusan rabbi tradisional bertenangan dengan praktek seperti.

Kelompok-kelompok Yahudi segera muncul menuntut lebih: bahwa masjid akan diledakkan untuk mencari jalan untuk pembangunan sebuah kuil ketiga yang akan membawa lebih dekat kepada kedatangan Mesias mereka.

1996

Di saat menjabat perdana menteri, Netanyahu membuka terowongan di Tembok Barat, penggalian lainnya mendekati kompleks masjid, sehingga terjadi bentrokan yang menewaskan 75 orang Palestina dan 15 tentara Israel.

Israel, yang mengatakan masjid berada di atas reruntuhan dua kuil Yahudi kuno, yang dibangun oleh Salomo dan Herodes, mengacu pada situs di Gunung Bait dan telah menyampaikan pengakuan untuk mendapatkan kedaulatan atas wilayah tersebut dalam perundingan damai baru-baru ini.



2000

Sebelumnya kekacauan yang oleh Israel pada otoritas Islam di situs ini telah memicu bentrokan antara polisi Israel dan Palestina. Kunjungan pasukan bersenjata lengkap ke kompleks mesjid oleh Ariel Sharon pada tahun 2000, lama sebelum ia menjadi perdana menteri, untuk menyatakan hak Israel ada memicu Intifada kedua.

Pada perundingan Camp David di tahun 2000, Bill Clinton, kemudian menjadi presiden AS, mengusulkan membagi kedaulatan sehingga Israel akan memiliki kontrol atas “ruang bawah tanah” dari kompleks masjid dan Tembok Barat. Selama pembicaraan Ehud Barak, perdana menteri Israel sekarang, pengamat mengkhawatirkan sebutan atas keseluruhan kompleks Yahudi dengan “Mahakudus”, istilah yang sebelumnya digunakan hanya mengacu pada tempat suci di dalam candi yang telah hancur.

Meskipun undang-undang kemurnian agama Yahudi telah melarang orang Yahudi secara tradisional memasuki Mount Temple (Kuil Bukit), namun semakin banyak rabi Yahudi menuntut agar diizinkan untuk berdoa di dalam kompleks tersebut. Lebih lagi kelompok fanatik yang diketahui mendukung peledakan masjid-masjid dan membangun sebuah kuil ketiga di tempat mereka.



2004

Terjadi kerusakan kecil di jalan batu menuju Gerbang Mughrabi di depan kompleks mesjid oleh sebuah badai kecil. Kerusakan bertambah luas karena Israel membongkar jalan itu kemudian.

Menurut bukti yang ditunjukkan ke pengadilan Yerusalem, saat ini para pejabat Israel menggunakan kerusakan jalan tersebut sebagai dalih untuk membongkarnya enam tahun yang lalu. Tujuannya adalah untuk menggantikan jalan dengan jembatan logam permanen dan kemudian memperluas plaza doa Yahudi ke daerah dimana jalan itu.

Skema ini adalah gagasan Shmuel Rabinowitz, rabi yang bertanggung jawab atas Tembok Barat, yang menyatakan kerusakan jalan pada tahun 2004 adalah sebuah “keajaiban” yang mana Israel ditawari kesempatan untuk menguasai lebih banyak tanah yang dikuasai Islam di Kota Tua .



2007

Rencana Shmuel Rabinowitz itu disetujui oleh sebuah komite menteri khusus yang dipimpin oleh Ehud Olmert, yang kemudian menjadi perdana menteri. Proyek ini juga mendapat dukungan dari Netanyahu, meskipun ia membekukan pekerjaan konstruksinya pada bulan Juli atas perintah pengadilan Yerusalem.

Hakim, Moussia Arad, mengusulkan pada bulan Januari agar jalan dikembalikan, atau paling tidak jembatan mengikuti rute jalan yang tepat, dan semua pendoa dilarang di lokasi. Posisi itu mendapatkan dukungan dari pejabat PBB yang memantau pekerja Israel di Gerbang Mughrabi.

Pendekatan ilmiah untuk penggalian itu disorot pada awal tahun 2007 ketika muncul tiga tahun sebelumnya arkeolog-arkeolog Israel telah menemukan di sebuah situs ruang berdoa muslim dari masa Saladin, berasal dari abad ke-11, tapi penemuan itu tidak dihiraukan.

Pada bulan Februari 2007, ketika Israel membawa alat berat untuk penggalian di Gerbang Mughrabi, ratusan warga Palestina bentrok dengan polisi sementara Gerakan Islam di Israel menggelar demonstrasi besar-besaran. Jihad Islam mengatakan telah menembakkan dua roket Qassam dari Gaza sebagai jawaban, dan Brigade Martir al-Aqsa mengancam akan melakukan serangan jika pekerjaan itu tidak dihentikan.

Otoritas Islam juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa bagian masjid mungkin akan rusak oleh buldoser, dan mesin berat mungkin juga akan menghancurkan Masjid Al-Buraq yang masih belum ditemukan, yang diyakini terletak dekat dengan Gerbang Mughrabi, yang menandai situs di mana Nabi Muhammad menambatkan kudanya pada malam perjalanan dari Mekah menuju Yerusalem (Isra’).

Untuk menenangkan situasi, Israel mengizinkan pakar dari Turki untuk memeriksa penggalian beberapa waktu kemudian. Mereka melaporkan bahwa Israel sedang berusaha mengenyampingkan sejarah Islam di Yerusalem sehingga aspek Yahudi bisa lebih ditonjolkan.



2009



Pada bulan Desember, bertepatan dengan bulan Ramadhan, Israel mulai melakukan penggalian untuk membangun sejumlah terowongan di dekat Mesjid Al-Aqsa. Terowongan-terowongan itu dibangun saling terhubung di bawah lingkungan Arab Silwan, berkedalaman 120 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 3 meter, dan diarahkan menuju bagian utara Mesjid Al-Aqsa.

Pihak Palestina meyakini Israel ingin meng-yahudinisasi Yerusalem dan menghancurkan Mesjid Al-Aqsa, kemudian membangun kuil kedua di atas reruntuhan Mesjid. Namun pihak Israel berdalih melakukan penggalian terowongan untuk fasilitas pariwisata yang pembangunannya dimulai di bawah tanah.

Sementara itu 100.000 orang Palestina tidak bisa mencapai mesjid Al-Aqsa untuk shalat Jum’at (11/12/09) karena dilarang tentara pendudukan Israel. Sejak pagi Jumat ribuan orang Palestina tersebut yang berdatangan dari seluruh kota-kota Tepi Barat mengantri untuk diizinkan masuk ke dalam areal mesjid. [3]



2010

Pemerintah Israel telah berkeras meneruskan rencana untuk memperbesar alun-alun doa Yahudi di Tembok Barat di Kota Lama Yerusalem, meskipun diperingatkan akan beresiko memicu intifadhah ketiga.

Para pejabat Israel menolak proposal pengadilan Yerusalem minggu ini (Maret 2010) untuk mengesampingkan rencananya setelah hakim menerima pendapat bahwa perluasan alun-alun doa akan melanggar “status quo” yang meliputi pengaturan tempat-tempat suci Kota Tua. Otoritas Islam menyetujui pengaturan tersebut setelah Israel menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967.

Situs yang dimaksud oleh pejabat Israel terletak di Gerbang Mughrabi, sebuah pintu masuk ke kompleks masjid yang dikenal sebagai Haram al-Sharif, situs yang paling sensitif dalam konflik antara Israel dan Palestina. Di dalamnya ada Masjid Al-Aqsa dan Dome oh the Rock dengan kubah berlapis emasnya. [4]
Continue Reading »