Senin, 12 Juli 2010

Kristiane Backer, Menemukan Islam dan Quran yang Begitu Rasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Berawal dari ketertarikan mengkaji Islam melalui diskusi bersama sang suami, mantan presenter MTV, Kristiane Backer, menemukan Islam sebagai agama yang logis dan rasional. Menurut dia, Islam berpihak kepada perempuan dan laki-laki.

Dia menambahkan, dalam Islam, perempuan telah memiliki hak untuk memilih pada tahun 600 Masehi. Perempuan dan laki-laki di dalam Islam pun berpakaian dengan cara yang sopan.

Kristiane Backer lahir dan tumbuh dewasa di tengah keluarga Protestan di Hamburg, Jerman. Kariernya sebagai presenter dimulai pada usia 21 tahun. Kala itu ia bergabung dengan radio Hamburg sebagai wartawati. Dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai presenter MTV Eropa di antara ribuan pelamar.  Dunia yang dipilihnya itu, mengantarkan Kristiane bertemu dengan banyak pesohor dari berbagai negara. Ia pun merasakan sebuah kehidupan yang glamor.  Di tengah kehidupan glamornya, ia mengalami keguncangan spiritual.

Kemudian di tahun 1992, Kristiane bertemu dengan Imran Khan, yang akhirnya menjadi suaminya. Imran Khan adalah anggota tim kriket Pakistan. Pertemuan itu adalah yang pertama kali antara Kristiane dengan seorang bintang yang beragama Islam. Kristiane dan Khan senantiasa berdiskusi tentang Islam.

Saat mengkaji agama samawi itu bersama suami, Kristiane menemukan Islam dan Quran yang begitu rasional. Ia mengaku apa yang dikatakan lingkungan dan orang-orang terdekatnya cenderung salah tentang Islam. Ia menilai Islam begitu menjunjung tinggi hak-hak wanita, yang sekarang tengah diperjuangkan di seluruh dunia. Jauh sebelumnya, Islam telah menjunjung tinggi hak-hak wanita sejak ratusan tahun yang lalu.

Semenjak itu, Kristine secara perlahan mulai menyesuaikan kehidupannya dengan nilai-nilai Islam. Akhirnya, ia menerima Islam setelah mengucap syahadat. Ia pun mempelajari shalat lima waktu dan berpuasa Ramadhan, sebagaimana kewajiban Muslim pada umumnya.

Meski begitu, keputusannya masuk Islam menuai berbagai macam cobaan. Saat itu, Kristiane tidak lagi dipercaya menjadi presenter. Tak hanya itu, kawan-kawan dan kerabatnya pun mengucilkannya. Beruntung, kedua orang tua Backer tak mempermasalahkan jalan hidup yang dipilih anaknya itu. Bahkan, suasana keluarganya kian hangat oleh diskusi-diskusi seputar keislaman.

Red: Sadly RachmanRep: Agung Sasongko
Continue Reading »

Kristiane Backer, Menemukan Islam dan Quran yang Rasional

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Berawal dari ketertarikan mengkaji Islam melalui diskusi bersama sang suami, mantan presenter MTV, Kristiane Backer, menemukan Islam sebagai agama yang logis dan rasional. Menurut dia, Islam berpihak kepada perempuan dan laki-laki.

Dia menambahkan, dalam Islam, perempuan telah memiliki hak untuk memilih pada tahun 600 Masehi. Perempuan dan laki-laki di dalam Islam pun berpakaian dengan cara yang sopan.

Kristiane Backer lahir dan tumbuh dewasa di tengah keluarga Protestan di Hamburg, Jerman. Kariernya sebagai presenter dimulai pada usia 21 tahun. Kala itu ia bergabung dengan radio Hamburg sebagai wartawati. Dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai presenter MTV Eropa di antara ribuan pelamar.  Dunia yang dipilihnya itu, mengantarkan Kristiane bertemu dengan banyak pesohor dari berbagai negara. Ia pun merasakan sebuah kehidupan yang glamor.  Di tengah kehidupan glamornya, ia mengalami keguncangan spiritual.

Kemudian di tahun 1992, Kristiane bertemu dengan Imran Khan, yang akhirnya menjadi suaminya. Imran Khan adalah anggota tim kriket Pakistan. Pertemuan itu adalah yang pertama kali antara Kristiane dengan seorang bintang yang beragama Islam. Kristiane dan Khan senantiasa berdiskusi tentang Islam.

Saat mengkaji agama samawi itu bersama suami, Kristiane menemukan Islam dan Quran yang begitu rasional. Ia mengaku apa yang dikatakan lingkungan dan orang-orang terdekatnya cenderung salah tentang Islam. Ia menilai Islam begitu menjunjung tinggi hak-hak wanita, yang sekarang tengah diperjuangkan di seluruh dunia. Jauh sebelumnya, Islam telah menjunjung tinggi hak-hak wanita sejak ratusan tahun yang lalu.

Semenjak itu, Kristine secara perlahan mulai menyesuaikan kehidupannya dengan nilai-nilai Islam. Akhirnya, ia menerima Islam setelah mengucap syahadat. Ia pun mempelajari shalat lima waktu dan berpuasa Ramadhan, sebagaimana kewajiban Muslim pada umumnya.

Meski begitu, keputusannya masuk Islam menuai berbagai macam cobaan. Saat itu, Kristiane tidak lagi dipercaya menjadi presenter. Tak hanya itu, kawan-kawan dan kerabatnya pun mengucilkannya. Beruntung, kedua orang tua Backer tak mempermasalahkan jalan hidup yang dipilih anaknya itu. Bahkan, suasana keluarganya kian hangat oleh diskusi-diskusi seputar keislaman.
Red: Mohamad AfifRep: Agung Sasongko
 
Continue Reading »

Jumat, 09 Juli 2010

Sejarah singkat Masjid Al-Aqsha

Masjid Al-Aqsha (Arab: المسجد الاقصى , Al-Masjid Al-Aqsa, arti harfiah: “masjid terjauh”) adalah salah satu bangunan yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur) yang dikenal dengan nama Al-Haram asy-Syarif bagi umat Islam dan dengan nama Har Ha-Bayit (Bukit Baitallah atau Temple Mount) bagi umat Yahudi dan Nasrani.
Di dalam Al Quran nul karim dinyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW diangkat ke Sidratul Muntaha dari lokasi ini pada tahun 621 Masehi, menjadikan masjid ini sebagai tempat suci di Islam (lihat Isra’ Mi’raj.) Allah berfirman: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al Israa’:1)
Masjid Al-Aqsa yang dulunya dikenal sebagai Baitul Maqdis, merupakan kiblat shalat umat Islam yang pertama sebelum akhirnya dipindahkan ke Ka’bah di dalam Masjidil Haram. Umat Muslim berkiblat ke Baitul Maqdis selama Nabi Muhammad mengajarkan Islam di Mekkah (13 tahun) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat shalat adalah Ka’bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah hingga sekarang.
Masjid Al-Aqsa saat ini adalah masjid yang dibangun secara permanen oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Umayyah (Dinasti Bani Umayyah) pada tahun 66 H dan selesai tahun 73 H. Agak berbeda dengan pengertian Masjid Al-Aqsa pada peristiwa Isra’ Mi’raj, yaitu yang meliputi seluruh kawasan Al-Haram asy-Syarif.
Ketika Umar (ra) memasuki tempat Al-Aqsa pada tahun 638 M. ia terkejut menemukannya telah ditutupi dengan banyak sampah. Sepertinya orang-orang Roma telah menggunakan wilayah itu sebagai tempat pembuangan sampah. Lalu Khalifah itu berlutut ke bawah dan dengan tangannya sendiri mulai membersihkan daerah itu. Ketika orang-orang Muslim melihat apa yang dilakukannya, maka dengan segera mereka mengikutinya sehingga seluruh daerah itu bersih. Mereka kemudian berjalan lebih jauh, dekat relung Dawud (as), dan sholat dua rakaat di rakaat, rakaat pertama Umar (ra) membaca Surah Saad  dan di rakaat kedua dibacakan Surat al- Isra , yang berisi tentang Isra ‘dan Mi’raj.
Lalu ia bertanya pada Ka’b al-Ahbar (seorang mantan rabbi Yahudi yang telah memeluk Islam), “Di mana saya harus membangun mihrab?” “ Di balik Kubah Shakhrah,” jawab Kaab, “Sehingga Anda akan sholat di belakang dua qiblat, yaitu kiblat Musa dan kiblat Muhammad. Umar (ra) berkata kepada Kaab, “Kau bicara seperti orang Yahudi. kami akan membangun mihrab di depan Batu. Seluruh tempat ini merupakan bagian dari masjid. Oleh karena itu, mihrab kami harus berada dalam bagian yang terbaik, yang ada di bagian depan. “
Umar (ra) kemudian menugaskan pembangunan sebuah masjid (yang bisa menampung 3.000 jamaah) disebelah ujung selatan dari tempat kudus yang mulia kubah Masjid al-Aqsa berdiri. Yang kemudian dinamakan Masjid Umar. Dan dengan demikian ia kembali ke tempat suci ini demi kemurnian ibadah di masa lalu, yang telah ditinggalkan baik oleh Kristen dan Yahudi.
Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga menyebabkan sebuah mimbar kuno yang bernama “Shalahuddin Al-Ayyubi” terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim, penguasa Kerajaan Yordania telah menggantinya dengan mimbar buatan Jepara, Indonesia.
Keutamaan shalat di Masjid al-Aqsa:
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Abu Ad-Darda’ ra, Rasulullah saw  bersabda, ”Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqsa lebih utama lima ratus kali lipat.” (HR Ahmad)


Ini merupakan pandangan udara dari komplek Al-Aqsa dengan Masjid Al-Aqsa di sebelah kiri dan Kubah Sakrah di sebelah kanan. Bukan hanya Masjid Al-Aqsa dan Kubah Sakrah yang diberkahi Allah, tetapi juga seluruh wilayah yang terletak masjid ini  dianggap sebagai tempat suci bagi Muslim yang dikenal sebagai Al-Haram asy-Syarif.
Masjid Al-Aqsa bukanlah sekedar masjid biasa. Rasulullah saw dan para sahabat banyak mendedikasikan hidupnya untuk memelihara kualitas Masjid Al-Aqsa. Beberapa alasan mengapa Masjid al-Aqsa harus dipelihara adalah karena masjid tersebut merupakan salah satu aspek penting seorang mukmin, diantaranya adalah:
  • Masjidl Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam. Sampai enam belas atau tujuh belas bulan sesudah hijrah ke Madinah, Rasulullah saw dan para sahabat masih berkiblat ke Masjidil Aqsa ketika melakukan sholat. Baru kemudian sesudah itu turun wahyu yang memerintahkan Rasulullah dan umatnya untuk mengalihkan kiblat ke Ka’bah. Dari Al-Barra’ bin Azib ra, ia berkata, Kami sholat bersama Nabi saw menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, kemudian beliau mengalihkan arah ke kiblat (di Mekkah).” (HR Bukhari dan Muslim)
  • Masjidil Aqsa adalah titik tolak Mi’raj.
  • Tautan erat antara Masjidil Aqsa dan Masjidil Haram juga tampak dalam riwayat Abu Dzar ra, ketika ia berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah mengenai masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi. Maka Rasulullah saw menjawab, ’Masjidil Haram.’ Aku pun bertanya, ’Lalu sesudah itu?’ Beliau menjawab, ’Masjidil Aqsa.’ Aku bertanya lagi, ’Berapa jarak waktu antara keduanya?’ Beliau menjawab, ’Empat puluh tahun.’ Kemudian beliau berkata,’Dimanapun engkau mendapati waktu sholat, lakukanlah sholat. Dan segenap penjuru bumi adalah masjid bagimu.” (HR Bukhari dan Muslim)
  • Tempat dimana ratusan Rasul Allah (swt) dimakamkan
  • Tempat di mana banyak Sahabat dikuburkan
  • Sebuah tempat di mana mukjizat isra dan mi’raj diperlihatkan oleh Allah
  • Disebut secara langsung dan tidak langsung, 70 kali dalam Al-Qur’an
  • Tempat dimana malaikat telah turun menyampaikan pesan dari Allah
  • Satu-satunya tempat di bumi di mana semua Nabi Allah shalat berjamaah diimami oleh Nabi Muhammad saw
  • Satu-satunya Masjid yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an terpisah dari Ka’bah
Orang-orang Yahudi menyebutnya Temple Mount atau Gunung Moriah, yaitu tempat yang disebut Batu Penjuru, yang kudus dari yang paling kudus, dimana mereka percaya bahwa di situlah TUHAN membentuk Adam dari debu tanah. Bagi orang-orang Yahudi, Temple Mount juga dipercaya sebagai situs dimana Bait Suci pertama dibangun oleh Raja Salomo. Bait Suci ini hancur dan Bait Suci Kedua dibangun kembali sekitar tahun 500 SM, sebelum kemudian dihancurkan oleh tentara Romawi. Saat ini, orang-orang Yahudi menantikan pembangunan kembali Bait Suci ketiga yang menurut mereka akan dibangun pada saat Mesias datang.
Oleh karena itu pembatasan diterapkan untuk seluruh kompleks. Di lain pihak orang-orang Kristen menganggap tempat itu sebagai prasyarat untuk Armageddon dan Kedatangan Kedua (Yesus), kedua-duanyanya secara aktif mendorong pembangunan kembali Bait Allah di Bait al-Aqsa.


Struktur marmer adalah mihrab Masjid Al-Aqsa yang sekarang. mimbar yang di sebelah kanan terbuat dari kayu jati asal jepara Indonesia yang disumbangkan oleh pemerintah Yordania, setelah sebelumnya yang  asli (hadiah dari Salahuddin Ayyubi) hancur dibakar oleh Zionis fanatik pada tahun 1967.
Ketika Tentara Salib merebut Yerusalem pada tahun 1099 M, Masjid al-Aqsa itu dirusak. Babi dipasang di tempat mihrab, dan sebuah gereja didirikan di tempat itu. Salah satu pidato-pidato Imad Eddin (penulis biografi Salahuddin’s) berbicara tentang mihrab masjid yang dulunya pernah dipenuhi dengan kotoran-kotoran babi.
Pada sekitar tahun 1119 M, Raja Baldwin II dari Yerusalem memberikan masjid Al-Aqsa kepada Knights Templar (ksatria perang salib) untuk dijadikan markas mereka.
Mimbar asli Al-Aqsa, dianggap salah satu yang paling indah di dunia, terbuat dari lebih dari 10.000 potongan Cedar dan kayu lainnya,  dihiasi dengan gading dan mutiara yang ditempelkan tanpa setetes lem atau paku .
Setelah penaklukan Yerusalem, Masjid al-Aqsa dipenuhi  oleh orang-orang muslim untuk sholat jum’at  yang pertama kalinya dalam 88 tahun, para jama’ah menangis  tersedu-sedu, mengingat masa lalu masjid Al-Aqsa yang tragis. Lalu sebagai imam di Yerusalem, Muhyi ad-Din al-Qurashi menaiki mimbar yang baru. memulai sholat jum’at berjamaah.

Dikutip dari : http://kebunislam.wordpress.com/
Referensi:
AtlasTours.com
Wikipedia
Sejarah Yerusalem – Karen Armstrong
Perang Salib – S.E. Al-Djazairi
Continue Reading »

Kamis, 01 Juli 2010

Peter Sanders, Raja Fotografi yang Menemukan Islam

Peter Sanders, Raja Fotografi yang Menemukan Islam
Peter Sanders
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--"Fotografi telah mengenalkan Islam kepada Barat," begitu kata Peter Sanders, fotografer kelas dunia yang juga pemilik Peter Sanders Photography Library seperti dikutip harian Al-Watan edisi 29 Januari 2008. Sanders menyatakan bahwa masyarakat Barat banyak yang tak tahu dan tak mengenal Islam secara benar.

Namun, peristiwa 11 September 2001 telah membawa masyarakat Barat untuk mengetahui Islam yang sebenarnya secara lebih mendetail. Termasuk, melalui hasil karya seni atau fotografi, seperti yang dihasilkannya. Karena, menurut Sanders, hasil fotografi yang indah akan lebih cepat memperkenalkan Islam kepada masyarakat Barat.

Sebagai salah satu fotografer legendaris dan ternama, Sanders terbilang unik. Ia tak pernah mengenyam pendidikan fotografi, sebagaimana umumnya para fotografer profesional. Sanders hanya belajar fotografi secara autodidak.

Kursus fotografi pertama Sanders justru dilakukan akhir 1990 di Swiss atau tiga dasawarsa setelah ia malang melintang di jagat fotografi. "Itu pun karena saya mendapat proyek di Arab Saudi yang menuntut penggunaan kamera format besar," tuturnya. Sanders muda mengaku sering kesulitan uang. Tapi, ia berani berspekulasi dengan menjadi seorang fotografer. Ia menjajakan karya-karyanya ke penerbitan, koran, majalah, atau sampul album musik.

Sanders mengaku terjun ke dunia fotografi hanya menuruti panggilan hatinya. Sebab, ia tak memiliki kemampuan dan keahlian yang bisa diandalkan. Lantaran hobi, ia merasa bakal mampu survive di dunia fotografi kendati tanpa harus memiliki titel mentereng.

Saat ini, Sanders memiliki Peter Sanders Photography Library. Ini semacam pepustakaan yang mendokumentasi karya Sanders sepanjang 39 tahun kariernya di dunia Muslim. Ada lebih dari 250 ribu foto dalam bentuk digital di situ. Ia menjualnya untuk keperluan majalah atau buku-buku tentang Islam.

Dunia fotografi profesional sudah Sanders tekuni lebih dari 50 tahun lamanya. Namun, tidak demikian dengan dunia spiritualnya saat ini. Sang fotografer kawakan kelahiran London, Inggris, 64 tahun silam ini memang tidak dilahirkan dari keluarga Muslim. Agama Islam sendiri baru dikenalnya pada saat ia melakukan perjalanan ke India pada 1970.

Ia mulai berkarier dalam dunia fotografi pada pertengan tahun 1960-an. Saat itu, fotografi yang sedang ngetrend adalah mengabadikan bintang-bintang musik terkenal. Begitu juga dengan Sanders. Ia berdiri di bibir panggung para superstar hanya untuk mengabadikan aksi panggung Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who, atau Rolling Stones.

Namun, Sanders merasa jiwanya kering. Kejenuhan akan objek yang itu-itu saja dan persepsinya terhadap fotografi akhirnya membawa dia pada sebuah perjalanan yang rumit. Ia merasa dunia fotografi semakin tak menantang. Hal itu membuatnya semakin gelisah. Maka, pada 1970, ia mengembara hingga ke India.

Perjalanan ini pun membawa Sanders pada dunia yang belum pernah dikenalnya. Ia mulai mengenal Islam dan mencoba mempelajarinya. Semakin lama, ia makin terpesona dengan keindahan Islam. "Ketika itu, usia saya baru menginjak 24 tahun. Saya bertanya tentang mati. Usaikah diri kita setelah mati? Pertanyaan itu terus menghantui saya. Saya pergi ke India. Saya belajar Hindu, Buddha, Sikh, dan Islam," ungkapnya mengkisahkan awal mula perjalanannya menemukan Islam.

Saat berada di India, Sanders mengalami peristiwa yang amat berkesan. Pada suatu pagi, saat tengah menunggu kereta api di stasiun yang penuh dengan orang dan hiruk pikuk keramaian, seorang ibu tiba-tiba menggelar tikar di dekatnya. Ibu tersebut lantas melakukan gerakan shalat di situ. Hal ini mengejutkan Sanders. Sebab, selama ini dia memang belum pernah melihat orang shalat.

Kemudian, Sanders bertanya kepada seorang anak muda yang berdiri di dekatnya. "Apakah ini?" Anak muda tersebut menjawab, "Ini nenek saya. Dia seorang Muslim. Ia sedang shalat." Momen tersebut terus terekam dalam ingatannya.

Setelah perjalanan ke India tersebut, ia kembali ke Inggris dan mendapati teman-teman lamanya banyak yang terjerumus dalam penggunaan narkoba. Namun, beberapa orang temannya ada yang menjadi Muslim dan terhindar dari dunia narkoba dan kehidupan malam. Dari sini, ia seakan mendapatkan petunjuk. "Inilah jalan yang harus saya tempuh." Begitu batinnya mengatakan. Akhirnya, ia memutuskan masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abd al-Adheem.

Di sebuah koran beberapa tahun lalu, Sanders membuka rahasia mengapa ia memilih Islam. Menurutnya, tak ada yang menariknya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, selain yang menciptakan manusia. "Tuhanlah yang memilihkan untuk saya," katanya.

Maka, seusai mendeklarasikan keislamannya ini, Sanders tampak makin bersahaja. Ia tak lagi merasa kering dan gersangnya hati. Islam memberi roh pada pekerjaannya. Islam juga mengilhaminya pada sebuah jalan baru untuk makin menekuni dunia fotografi, namun dengan objek yang berbeda.

Tahun itu juga, Sanders memutuskan pensiun menjadi fotografer selebriti. Ia memulai pengembaraannya ke negeri-negeri Muslim. Tiga bulan setelah masuk Islam, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Makkah atas biaya dari seorang kenalannya.

Saat menunaikan ibadah haji, Sanders mendapat kesempatan untuk memotret Ka'bah dan lautan jamaah haji dari jarak dekat. Pada tahun 1971, saat itu masih terbilang sulit untuk bisa mengambil gambar di Makkah dan Ka'bah pada khususnya serta lokasi lain di Arab Saudi.
Namun, berkat keuletannya, dia mendapatkan izin dari orang yang tepat dan terpandang di Arab Saudi saat itu.

Foto-foto perjalanan spiritualnya dimuat di media-media utama Barat untuk pertama kalinya, seperti The Sunday Times Magazine dan The Observer. Dan, mulai saat itulah, Peter Sander alias Abd AlAdheem makin terkenal.
Red: irfRep: Nidia Zuraya
Continue Reading »